Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Lampung Sai Bumi Ruwa Jurai, NU Gelorakan Peradaban Dunia dan Kemandirian

23 Desember 2021   00:41 Diperbarui: 23 Desember 2021   00:59 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi membuka Muktamar NU ke-34 Lampung. (Foto: dok Gus Yaqut/Menag)

Hiruk-pikuk kegaduhan politik tidak ada. Yang ada hanya komunikasi dan koordinasi yang mantap, melahirkan konsep besar yang akan dikembangkan lima tahun mendatang.

Peradaban dan kemandirian. Itu konsep besarnya, kalau kita persingkat tema muktamar ini. Peradaban Islam yang membawa rahmatan lilalamin. Anti terorisme dan radikalisme agama.

Islam, melalui penjabaran NU akan menggelinding ke belahan dunia, menyuarakan toleran, yang oleh NU dipopulerkan lewat konsep tasamuh.

Pesantren yang menurut sebagian kalangan adalah tempat bersarangnya terorisme, sekarang tidak ada lagi anggapan demikian.

Perjuangan NU, pesantren telah menjadi logomotif penegak dan penyangga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Hanya saja, pluralisme dan liberalisme sedikit agak dipelihara dengan baik oleh NU. Liberalnya, kadang-kadang belum termakan oleh santri, sehingga salah tafsir dan akhirnya salah anggapan, ketika menyikapi apa yang dilakukan tokoh pengambil kebijakan dalam organisasi yang lahir pada 1926 ini.

Nah, tentu kajian demikian menjadi catatan tersendiri dalam ber-NU nantinya. Silakan toleran, tapi ada batas dan rambu-rambu yang mengikat, sehingga anak muda dan kaum santri milenial tak luar dalam berfikir dan berzig-zag.

Tentunya, peradaban dunia ini, setelah sukses dan tersosialisasinya kajian Islam Nusantara dengan penuh dinamika yang dicetuskan dalam muktamar NU sebelum ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun