Bagi Edi Yanto yang mahir berbahasa Indonesia, asli Balah Hilia dan besar di tanah Sunda ini, semua pekerjaan yang orang lain minta tolong sama dia itu, adalah tugas mulia dan terhormat. Makanya, ketika dia diisukan minta duit oleh orang lain untuk tugas itu, atau pasang tarif untuk sebuah data dan dokumen kependudukan, dia langsung gerah, dan cepat memberikan klarifikasi.
"Tidak benar itu. Tak pernah saya minta duit kepada orang yang ditolong. Tetapi yang mengasih ada. Kalau merasa urusannya tertolong dengan baik, masyarakat itu tak sungkan-sungkan mengasih uang. Dan itu tentu sah dan halal," cerita dia mengulas suka duka bekerja sebagai petugas register nagari.
Edi Yanto pantas menyandang prediket "pahlawan kependudukan". Patut diberikan reward oleh pemerintah. Di tangan dia, masyarakat yang abu-abu data kependudukannya, bisa jelas dan terang. Orang yang coba-coba memalsukan data kependudukannya, berhadapan langsung dengan Edi Yanto. Dia berang dan minta data orang itu, untuk segera diperbaiki dengan data yang sebenarnya.
Tak pakai waktu lama. Untuk sebuah KTP, kata dia, lebih sulit lagi memasang tali sepatu. Cepat, tepat, masyarakat puas dengan hasil kerja Edi Yanto. Kepastian data kependukan amatlah penting, dan tak bisa dimain-mainkan. Semua saling terkait oleh sebuah data yang valid dan kuat. Makanya, tak henti-hentinya Edi Yanto mengkampanyekan kerjanya di media sosial, meskipun seantero Kecamatan Lubuk Alung orang sudah kenal dan mengenal seorang Edi Yanto.
karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Rumah Pena Inspirasi Sahabat untuk memperingati Hari Pahlawan tahun 2021;
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H