Dan bahkan Keltan Wartani ini jadi pilot projects untuk nagari lain. Ada peluang untuk mengembangkan kelompok ini ke nagari lain. Tinggal melangsungkan, sudah ada yang mau dan berminat, di dukung ada pula lahan yang tidak bersewa di nagarinya.
Hadirnya kelompok yang tengah mengembangkan tanaman jeruk nipis dan lemon ini, adalah menjawab kondisi pandemi covid yang berkepanjangan.
Covid menghambat laju ekonomi, apalagi ekonomi wartawan yang sangat bergantung pada hubungan baik dengan relasinya. Covid, membuat hubungan tatap muka berubah jadi pertemuan daring, yang dengan sendirinya lebih banyak pengeluaran ketimbang pemasukan sumber kehidupan.
Setidaknya, kehadiran Keltan Wartani ini menbuhkan semangat bertani di kalangan wartawan muda dan masyarakat, sambil sekalian belajar dari masyarakat yang lebih dulu mahir dan lihai berladang.
Sebenarnya, milenial bertani di tengah hantaman covid, adalah solusi alternatif terbaik untuk menumbuhkan semangat juang, memberdayakan lahan terlantar, yang tidak produktif jadi lahan subur dan menghasilkan.
Namun, oleh wartawan milenial Piaman itu belum disambut baik. Mungkin faktor jauh jarak. Nanti kita coba membuka lahan yang dekat dari pemukiman kita masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H