Pengalaman saya, setelah dewasa saya pergi sendiri ke sana, dan rencana sekalian tidur siang. Pas nyampai di surau, segala bunyi bersahutan. Ada bunyi tempurung diletakkan di semen, seolah-olah ada orang yang sedang mandi atau berwuduk di kulah surau itu.
Awalnya, tak saya pedulikan. Saya buka pintu, letakan kain, lalu saya keluar lagi untuk berwuduk di kulah yang terdapat di depan surau. Selesai berwuduk, saya shalat sendirian. Zuhur kala itu. Tak seorang pun yang ada selain saya.
Tapi saat saya shalat, keributan kembali membuncah kekhusukan shalat saya. Ada bunyi orang mandi dan kedengarannya ramai.
Usai shalat saya merinding, dan lihat kiri kanan tak ada orang, saya langsung bergegas pulang, meninggalkan surau. Rencana mau merebahkan badan, menghilangkan capek, tak jadi karena rasa takut tiba-tiba menyerang seketika.
Ketiga Surau Taluak. Surau paling besar di Ambung Kapur. Namanya Surau Taluak, ya jelas terletak di teluk, di tepi sungai. Di sampingnya hanya ada Masjid Raya Ambung Kapur.
Di sini kisah mistis yang mengganggu saya cukup lumayan dalam uji nyali kalau diibaratkan. Sama juga dengan Surau Langkuik, kalau siang-siang sendiri, ada saja gangguan dan cobaan yang kita alami.
Hanya saja, persentasenya berkurang lantaran dunia sudah terang, kendaraan bisa bebas keluar masuk, sehingga mengurangi permainan orang halus tersebut dalam mengganggu manusia.
Guru mengajarkan, bacalah Quran sebelum tidur. Bacalah doa sebelum berjalan, apalagi berjalan sendiri di tempat yang sepi, rimba dan lurah lagi.
Quran dan doa adalah senjata yang ampuh untuk melawan syetan, jin jahat dan hantu serta halusinasi kita, ketika berhadapan dengan takut.
Karena, kata guru, makhluk halus atau gaib itu lebih banyak dari manusia. Kadang, untuk seorang manusia itu bisa dua atau lebih jin dan makhluk halus yang mengawasi kita.
Tak heran, di Minangkabau itu terkenal dengan istilah laut sati rantau bertuah. Berjalanlah dengan doa, selalu minta petunjuk pada Yang Maha Kuasa.