Wartani nama Kelompok Tani, adalah singkatan dari Wartawan Bertani. Hadir di Koto Padang, sedikit terasa jauh lokasinya dari Kota Pariaman. Jauh bila tak dijalankan.
Kalau acap dan sering ke Koto Padang, Nagari Sikucua Barat ini akan terasa dekat. Ada banyak irama yang menghiasi perjalanan pulang pergi dari ladang.
Garah penuh tawa, tentu bagian irama kami wartawan yang berboncengan naik motor dari dan ke ladang yang kami tanami asam tersebut.
Kami tak pernah lengkap hadir. Begitu juga warga Koto Padang yang tergabung dalam Keltan ini. Bisa hadir dari pagi sampai siang, misalnya. Lalu sebagian lagi tiba sudah kesiangan. Kemudian, ada pula yang mendadak tak bisa hadir.
"Ambo izin, ketua," begitu bunyi pesan dengan mudahnya dia buat di grup wa yang sebelumnya dia katakan akan hadir.
Tentu perlakuan demikian, bagian dari dinamika sebuah kelompok. Ibarat lagu, adalah irama. Harus kita nikmati, karena kita diajarkan untuk selalu berprasangka baik, dan berpikiran positif.
Dalam Keltan yang beranggotakan 22 orang itu, adalah gabungan wartawan dan masyarakat. Keltan ini dibuat untuk menyikapi covid yang berkepanjangan, sekalian tentunya memberikan narasi dan edukasi di tengah masyarakat, bahwa wartawan bisa pula berladang dan bertani.
Kamis depan, 8 Juli 2021, Keltan ini menggelar panen raya. Panen jagung, sengaja mengundang Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur.
Besar harapan, orang nomor satu di daerah penghasi kelapa terbesar ini bisa tiba. Ada banyak cerita, selain dunia pertanian yang akan kita ceritakan ke Ketua DPD PAN Padang Pariaman itu.
Cerita jalan dan akses Nagari Sikucua Barat yang masih jauh dari harapan masyarakat. Terutama jalan hendak menuju Koto Padang yang masih buruk, diaspal sedikit, terus bagian tengah dibiarkan saja jalan tanah, tentu menjadi cerita keluh kesah bersama yang akan dikadukan ke pemimpin.
Apalagi yang langsung ke ladang. Sama sekali tak bisa masuk mobil. Gerobak sasaran utama untuk mengangkut hasil panen petani.
Belakangan, seminggu sekali tampak warga melakukan goro membuat jalan rabat beton. Di bagian pendakian tersulit, dan turunan yang lumayan tajam, terlihat sudah ada jalan beton dan telah bisa dilalui kendaraan.
Sedikit kami merasa tersanjung, ladang ini dapat kunjungan dari Komisi II DPRD Padang Pariaman. Tentu ada harapan besar yang akan dikelola kelompok ini nantinya.
Bagi anggota Keltan yang tinggal jauh di luar kampung itu, tentu banyak cerita dan dinamika yang bisa dinikmati.
Cerita itu akan selalu baru, dan enak untuk diceritakan. Jalan berliku dan banyak jalur yang ditempuh menuju ladang, kadang juga sebagai hiburan tersendiri agar tak terasa jenuh di atas motor.
Sesekali kawan yang membawa motor mengalihkan cara dia membawa motor. Dia buat seperti membawa mobil, terbayang penyeberangan Merak-Bakauheni, mungkin dia sering ke Jawa naik mobil.
Sebab hafal betul nama sudut kampung sepanjang tanah Minang ke Lampung, dan sampai pula ke Pulau Jawa.
Cerita hiburan itulah yang membuat jauhnya jarak tempuh Pariaman ke Koto Padang terasa dekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H