Healing is a Choice Part 1
10 Oktober 2014 pukul 15.21
     Pernahkah kita terluka?
Saya yakin diantara kita pasti pernah terluka, baik itu luka secara fisik atau luka secara batin. Nah, kalau kita bicara mengenai luka fisik maka hal bisa dibicarakan lebih gamblang dan terperinci.Â
Ketika kita mengalami luka secara fisik maka kita kemungkinan besar akan tau itu luka apa dan apa yang harus kita lakukan untuk menyembuhkan luka itu, atau kalaupun kita tidak tau, maka dengan segera ada ahli-ahli profesional yang bisa kita temui, Dokter.Â
Yang pasti kita tidak mungkin membiarkan luka itu sampai mengganggu hidup kita apalagi masa depan kita. Karena tidak satu orang pun di dunia ini ingin merusak masa depannya hanya karena tidak mau atau "malas" mengurusi yang namanya luka yang sedang ia derita. Karena semua orang pasti mencintai dirinya sendiri.
Kalau tadi kita sudah mengatakan bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini mau mengganggu hidupnya dan masa depannya hanya karena ia tidak mau atau "malas" mengurusi luka fisiknya atau mengobatinya, Lalu bagaimana dengan luka batin? Pernahkah diantara kita mencoba mencari tau apakah masih ada luka yang tertinggal di dalam diri kita secara batin?Â
Atau pernahkah kita menyelidiki hati kita apakah masih ada goresan luka dimasa lalu yang belum kita sembuhkan dihari ini? Atau mungkin kita sama sekali tidak pernah mencoba peduli tentang hal tersebut dan kita terus mencoba untuk segera melupakan, karena terkadang bagi kita hal itu tidak perlu diselesaikan karena perjalanan waktu luka itu akan sembuh.Â
Nah inilah yang sering terjadi dalam kehidupan kita, tidak perduli dengan luka batin, padahal efek dari luka batin sama besarnya dengan luka fisik yaitu MENGGANGGU HIDUP DAN MASA DEPAN KITA.
Luka secara batin ini sering dianggap sepele oleh kita, dan merasa bahwa hal itu tidak akan pernah mengganggu kehidupan kita, padahal secara langsung maupun tidak langsung luka batin yang tidak diobati dan disembuhkan akan selalu dan selalu  membawa dampak yang tidak baik bagi perjalanan hidup kita.Â
Saya akan memberikan contoh ada seorang anak yang pernah mengalami pelecehan seksual ketika ia masih berusia 5 tahun, bisa kita bayangkan bahwa usia anak 5 tahun tidak mengerti apa-apa mengenai hal itu. Namun kejadian itu membekas di dalam dirinya hingga ia dewasa. Ia tumbuh menjadi seorang remaja yang tidak percaya diri dan selalu menghindar dari hubungan secara emosional, menjadi pribadi yang sangat tertutup.