Peringkat populasi umat muslim tertinggi di dunia yang disandang negeri ini, ternyata menjadi anugrah (sekaligus potensi) yang luar biasa. Terutama untuk sektor wisata.
Masjid yang bisa ditemui hampir di setiap gang. Mall, resto, café, dan pom bensin yang menyediakan mushola lengkap dengan seperangkat alat solat. Hotel yang memberi tanda panah arah kiblat di semua kamar. Kuliner halal yang bertebaran dimana-mana. Biro perjalanan tour & travel yang berhenti di rest area saat waktu solat tiba. Terminal, stasiun, bandara, dan hampir semua destinasi wisata memfasilitasi umat muslim agar bisa tetap beribadah dengan nyaman. Semua itu ada di Indonesia.Â
Dan, jangan salah, di negera lain belum tentu punya destinasi wisata selengkap Indonesia. Wisata alam? Negara Jamrud Khatulistiwa ini dijuluki "Heaven Earth". Wisata budaya? Bangsa "Bhineka Tunggal Ika" ini punya 1331 kategori suku (data SP2010) yang hidup berdampingan dengan adat dan budaya masing-masing. Wisatakuliner? Sejuta rasa dari 500-an kabupaten & kota punya sensasi dan ciri khas yang berbeda, siap memanjakan lidah Anda.Â
Ditambah wisata halal yang memfasilitasi kebutuhan berwisata umat muslim, lengkap sudah. Maka berwisata ke Indonesia, sama artinya Anda mengunjungi destinasi paket komplit.Â
Tantangan #WisataHalal
Namun, kenyataan Indonesia menjadi negara dengan populasi muslim tertinggi di dunia tak serta merta membuat Indonesia sempurna dalam perhelatan wisata halal. Berdasar data Top Global Muslim Travelers Spending (2014), Indonesia yang hanya meraih 2 juta wisman Muslim menunjukkan bahwa kita masih berada di belakang Malaysia (6,35 juta wisman Muslim), Thailand (4,53 juta wisman Muslim), dan Singapura (3,92 juta wisman Muslim).Â
Selama Ramadhan 2016 kemarin pun, dari survey Crescent Rating, Malaysia menduduki peringkat teratas sebagai destinasi yang paling bayak dikunjungi traveler muslim. Indonesia persis di belakangnya, nomor dua. Masih banyak hal yang harus dibenahi untuk menunjukkan taring wisata halal Indonesia. Terutama terkait standar global wisata halal, mengacu pada Global Muslim Travel Index yang berlaku.Â
Dimulai dari hal-hal kecil yang terkesan remeh bagi kita tapi penting untuk turis asing. Seperti resto/café bersertifikat halal. Default-nya orang Indonesia, tempat makan yang tidak menyajikan "daging babi dkk" ya pasti halal. Tapi untuk wisatawan asing, tentu tak semua tahu tentang ini dan sekalipun paham belum tentu sepenuhnya yakin. Karenanya perlu dibuktikan dengan sertifikat halal dan dipajang di resto/café tersebut.
Begitu pun dengan hidangan di pesawat yang berlabel halal, kolam renang dan salon/spa yang terpisah untuk pria-wanita, pramuwisata yang memberi kesempatan untuk solat saat adzan tiba, hotel yang menyediakan seperangkat alat solat di setiap kamar, dan pelayanan wisata lainnya yang mengacu pada aturan umat islam.
Karenanya, berbekal semangat kemenangan Lombok dalam World Halal Travel Award 2015 yang menyabet World's Best Halal Tourism Destination dan World's Halal Honeymoon Destination, Kementrian Pariwisata terus berupaya mendongkrak potensi wisata halal di Indonesia. Salah satu upayanya ialah membuat Kompetisi Pariwisata Halal Nasional (KPHN) 2016.