Tahu Sumedang
Tahu nu pangraosna
Komo dicengekan
Komo lamundisambelan
Ngeunah ceukmurangkalih
Cuek ku kolot ceuknu ngora
Ti peuting nepi kahayam kongkorongok
Anggeur ngeunah ahah ah…
Tahu Sumedang , sumber foto: Republika.co.id
Lirik lagu "Tahu Sumedang" yang dipopulerkan band asal Sunda bermadzhab Japanese Rock Fun, Jufanisun, langsung terngiang saat sepiring tahu itu habis di depan mata. Kurang dari 3 menit.Â
"Aduh, maaf, tahunya kurang ya? Saya benar-benar nggak tahu kalau bakal segini banyak yang datang.", kata General Manajer Sumedang Ekspres, Handri S. Budiman, kontan membuat wajah peserta #Jelajah4G dan Tim Smartfren tersipu (malu). Sembari menelan kunyahan terakhir, kami berebut bilang, "Nggak apa-apa, Pak, ini cukup kok." Nyatanya, saat keranjang Bongsang (anyaman bambu) disuguhkan lagi, kami tampak seperti semut yang melihat gundukan gula. :DÂ
What a powerful magnet of tahu Sumedang!
Konon, Tahu atau TauFu berasal dari bahasa Tionghoa, dibaca Tau Hu. Tak banyak yang tahu kalau Kekayaan intelektual kota Sumedang ini lahir dari seorang imigran Cina pada tahun 1917 silam. Adalah Ong Kino, yang pertama membuat tahu untuk istri tercintanya, kemudian jadi jamuan untuk kerabat yang berkunjung. Hingga kelezatannya membuat Bupati Sumedang yang sedang menjabat di masa itu, PangeranAria Suria Atmaja, jatuh cinta. Tentu saja, ia menyarankan untuk menjual tahu kreasi Ong Kino itu ke masyarakat luas dan meyakini tahu ini bisa jadi sumber ekonomi untuk kota Sumedang.Â
Ah, ya. Tahu Sumedang juga dikenal dengan nama tahu Bungkeng. Diambil dari nama anak sulung Ong Kino yang meneruskan bisnis tahunya di tanah Sumedang, setelah ia kembali ke kampung halaman (Cina). Kini, tahu Bungkeng dikelola oleh Suriadi, terhitung garis keturunan ke-3 dari penemunya. Keunikan dan kekhasan cita rasanya membuat Sumedang tersohor di dunia kuliner Nusantara.
Tak kalah menggoda, Bolu Ubi Cilembu warna ungu dengan topping keju di piring sebelah, ludes setelah sesi rebutan tahu. Bukan berarti Si Ubi dinomorduakan. Tapi,"Bentar-bentar.. Mau moto bolunya dulu", belum sempat nyicipi sudah diwanti-wanti oleh peserta yang notabenenya netizen dan blogger. Agaknya, bagi mereka, makanan baru terasa nikmat setelah hasil jepretan terbaik dari makananitu dishare ke seluruh dunia. #Upz
Becanda, Fren! Bolu Ubi yang ciamik ini memang primadona kota Sumedang. Ibarat Sang Tahu itu Rajanya, seakan tak ada yang pantas menjadi Ratu selain Ubi Cileumbu. Tak lain karena ubi yang awalnya tumbuh di desa Cilembu, Sumedang, ini bertekstur lembut dan memiliki rasa manis sangat khas, seperti madu. Eitz, jangan tanya lagi soal kandungan nutrisinya. Buktinya, berabad-abad manusia di seluruh dunia sudah mengonsumsi ubi jalar sebagai makanan pokok.Â