Mohon tunggu...
Dalva Tiburusdah
Dalva Tiburusdah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulislah agar tetap hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Etika Publik Figur, Gus Miftah Kontroversial Lagi

11 Desember 2024   23:22 Diperbarui: 11 Desember 2024   23:42 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Miftah & Penjual Es (democrazy.id/pinterest)

Sudah sewajarnya tokoh agama sekaligus publik figur, tidak akan pernah lepas dari sorotan kamera dan masyarakat. Gus Miftah lagi-lagi menjadi sorotan, setelah tindakannya dianggap tidak sopan terhadap seorang penjual es. Cuplikan dari videonya langsung viral dalam waktu yang cepat, bahkan tak harus menghitung hari, banyak masyarakat yang mengecam tindakan tidak sopannya itu.

Meski ia telah membuat video klarifikasi meminta maaf dan mengundurkan diri sebagai utusan presiden, lagi-lagi cara Gus Miftah menyampaikan permohonan maaf juga menuai kritik karena dinilai kurang menunjukkan sikap hormat dan rasa bersalah yang seharusnya.

Ironisnya, sekalipun Gus Miftah mendapat banyak kritik tajam, penjual es tersebut justru membuat video meminta presiden agar tidak memecatnya. Atas tindakannya tersebut netizen terheran-heran, selain menunjukkan kebesaran hati yang luar biasa untuk bisa ikhlas dan memaafkan tindakan tidak sopan dari Gus Miftah, tetapi juga menunjukkan bagaimana realitas ketika tokoh publik bermasalah dengan masyarakat kecil yang menjadi korbannya.

Gus Miftah memang bukan orang biasa, sebagai sosok yang memiliki pengaruh besar, ia tak hanya harus bertanggung jawab atas tindakannya tetapi juga cara ia memperbaiki masalah. Permohonan maaf adalah langkah yang paling penting ketika melakukan kesalahan, tapi harus dengan etika yang baik, karena jika tidak maka akan hilang esensi dari maafnya itu. Termasuk permohonan Gus Miftah, yang seharusnya menjadi momen di mana ia menunjukkan rasa bersalah, ketulusan dan penghormatan, bukan hanya sekedar formalitas.

Memang keputusan Gus Miftah mengundurkan diri dari orang utusan presiden patut diapresiasi, sebagai bentuk tanggung jawab atas tindakannya. Namun kejadian ini malah menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana publik figur menangani kritik dan ekspektasi dari masyarakat.

Tindakan penjual es yang meminta Presiden untuk tidak memecat Gus Miftah Memang gambaran nyata kebesaran hati. Namun, hal ini juga memunculkan dilema moral. Tentang sejauh mana seorang korban khususnya dalam kasus ini, perlu mengorbankan perasaannya demi melindungi tokoh yang telah melukainya?

Apalagi belakangan ini muncul berita bahwa pihak dari Gus Miftah sedang mencari-cari pihak yang menyebarkan video tersebut yang menjadi viral dan merugikan banyak pihak dari Gus Miftah. Justru ini hanya menambah fakta, bahwa adanya perbedaan yang sangat kontras antara masyarakat kecil dan publik figur. Mereka banyak menyampaikan pembelaan, bahwa gaya dakwah atau karakter Gus Miftah memanglah begitu. Hal ini tentu saja tidak bisa di wajarkan, malah harus menjadi cambukan keras bagi para publik figur lainnya, khususnya untuk tokoh agama. Bahwa mereka adalah publik figur yang seharusnya memberikan contoh yang baik, bukan malah sebaliknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun