Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksikan bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi "two-edged sword" dengan rentan waktu 2030-2040 yang mana masyarakat akan didominasi usia produktif (usia 15 hingga 65) daripada yang tidak produktif dibandingkan usia non produktif. Selain itu, beberapa waktu lalu, Bank Dunia secara resmi meningkatkan status Indonesia dari negara berpenghasilan rendah menjadi menengah ke atas. Kesempatan besar  ini tentunya dapat menjadi dobrakan besar bagi Indonesia apabila bisa memberdayakan sumber daya manusia dengan baik dengan menyelaraskan deklarasi seratus tahun  International Labour Organization (ILO) untuk melakukan perubahan yang berpusat pada manusia.
Kegagalan pada periode bonus demografi di Indonesia terancam gagal dan menyebabkan maraknya pengangguran yang ada dikalangan masyarakat. Dari sisi permintaan, kesenjangan dan ketidaksesuaian keterampilan terjadi karena kurangnya keterampilan yang ada. Pengembangan standar kompetensi yang rendah bisa menjadi suatu solusi dengan membantu masyarakat terutama kalangan muda dengan mengembangkan kemampuan mereka.
Sebagai upaya untuk mengasah kemampuan siswa SMPN 1 Kertasari yang mana tentunya akan berkontribusi langsung dimasa depan dalam memajukan Indonesia pada periode bonus demografi beberapa tahun mendatang, mahasiswa KKN Â Universita Pendidikan Indonesia melakukan bimbingan dan pendampingan untuk anggota OSIS yang mana belum memiliki pengalaman berorganisasi secara langsung mengingat COVID-19 yang menghambat segala aktivitas OSIS dua tahun terakhir. Maka dari itu, pembinaan serta pendampingan ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi siswa SMPN 1 Kertasari dalam meningkatkan kemampuan mereka yang mana dapat mereka implementasikan pada masa bonus demografis dan bisa bertahan dengan 21th Century Skills atau keterampilan abad 21 yang dipelajari secara langsung ketika pembinaan dan pendampingan OSIS selama agenda MPLS hingga beberapa agenda OSIS lainnya.Â
"Saya senang, dengan adanya pembinaan dan pendampingan OSIS ini saya belajar banyak hal baru terutama kepemimpinan, dimana saya selaku ketua OSIS merasa masih perlu belajar banyak mengenai kemampuan apa saja yang perlu saya miliki untuk bisa mengembangkan diri saya kedepannya" Ucap Dhony selaku ketua OSIS SMPN 1 Kertasari.Â
Sementara itu, Heri Suhermawan, sebagai pembina OSIS mengungkapkan keprihatinan terhadap minat siswa yang sangat kurang terhadap pengembangan karir melalui organisasi dewasa ini, namun beliau juga merasa senang dengan adanya program KKN dari UPI karena bisa memberikan energi yang positif bagi kemajuan OSIS di SMPN 1 Kertasari dengan membantu dalam menjalankan program dan berkolaborasi dengan SMPN 1 Kertasari, mulai dari PPDB, MPLS, hingga proses belajar mengajar. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H