Empat tahun vakum bukan waktu sebentar untuk sebuah band, termasuk The Brandals. Apalagi setelah ditinggal oleh personil asli mereka Bayu (gitar) dan Doddy (bass) dan menyisakan Eka (vokal), Rully (drums) dan Tony (gitar), sebagai fans saya sempat mempertanyakan nasib band ini. Terlebih setelah label mereka Aksara Records dinyatakan tutup, saya sempat khawatir blantika musik Indonesia bakal kehilangan salah satu aset berharga mereka.
Tapi The Brandals bangkit. Dengan merekrut ex gitaris United By Haircut PM Natakusumah dan Radhit Syahrazam yang notabene adalah bintang film Lovely Luna pada posisi bass serta bergabung dengan label Sinjitos Records (Santa Monica, Monkey to Millionaire, dll) mereka kembali dengan album baru DGNR8. Tak tanggung-tanggung mereka merubah nama mereka dengan ejaan BRNDLS, seakan ingin mengubur masa lalu mereka dan muncul dengan darah, daging, semangat dan perspektif bermusik baru. Dan memang itu yang mereka lakukan.
Lupakan amarah urban meluap-luap dan agresi rock n' roll kasar yang menjadi trademark di album-album awal mereka. Bila dulu mereka berteriak seperti pemuda marah yang kenyang ditimpa berbagai masalah dan keruwetan jalanan Ibukota, kini mereka telah tumbuh menjadi lelaki dewasa nan flamboyan menyusuri Jakarta namun tetap sinis memandang kekisruhan di sekitarnya yang tak pernah berubah. Dengan kendaraan musik yang sekilas terdengar seperti anak haram dari album XTRMNTR dari Primal Scream dan Definitely Maybe-nya Oasis, DGRN8 memang terdengar tidak seliar karya awal The Brandals tapi tetap garang dan geram dengan pendekatan yang lebih flamboyan. Tidak percaya? Simak Start Bleeding!, Love Detox, Long Way Home, dan Dryland dan coba katakan kalau saya salah
Warna Madchester tidak melulu mendominasi album ini. Di "Pretty Lies" BRNDLS seakan ingin membangkitkan funk-rock ala INXS dengan kombinasi cantik kocokan PM dan betotat bass Radit yang funky. Ekperimen berlanjut dengan "Abrasi" yang menampilkan teror bunyi bunyian elektronik dan racauan rapper legendaris dari scene bawah tanah Bandung Morgue Vanguard alias Ucok Homicide yang bersanding dengan vokal Eka. Dan entah kenapa, "Awas Polizei" yang paling dekat dengan trademark The Brandals malah mengingatkan saya dengan kejayaan geng Potlot di era 90an, ketika Slank dan The Flowers masih nakal. Dan single "Perak" seakan menjadi kesimpulan dari keseluruhan album ini: yes, they are getting old, but they age gracefully.
Kesimpulannya, DGNR8 is a killer album, made by a mature rock n' roll band that weren't afraid to break their own boundaries. Hasilnya, adalah salah satu album rock Indonesia terbaik yang pernah dibuat, paling tidak dalam waktu lima tahun terakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H