Ternyata Mukidi tak membawa efek pada mantan presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Di tengah fenomena Mukidi yang membuat banyak orang bergembira ria, SBY dengan seriusnya melontarkan kritik tajamnya ke Presiden Jokowi. Dia menilai visi kemaritiman Jokowi selama dua tahun ini hanya retorika alias bohong doang, no action talk only alias NATO.
Apakah ini akan menjadi babak baru "perang" pernyataan antara dua tokoh itu seperti beberapa waktu lalu, memang masih harus ditunggu. Belum ada tanggapan balik dari pihak Istana atas pernyataan SBY itu. Dan melihat "konflik" yang lalu, Jokowi biasanya memang lebih "njawani" dalam menanggapi pernyataan SBY.
Supaya jelas, inilah kutipan pernyataan SBY sebagaimana dimuat kompas.com. (Sabtu, 27/8/2016) kemarin.
"Saya sering mendengar kita ini bangsa maritim. Negara kepulauan wajib     hukumnya, harga mati, pembangunan kita berwawasan martitim. Tetapi, yang saya dengar, yang saya ikuti, sebatas retorika," kata SBY saat memberikan orasi ilmiah pada Wisuda ke-XV Universitas Al Azhar Indonesia, di Jakarta, Sabtu (27/8/2016).
"Retorika kadang diperlukan, tetapi kondisi tak akan berubah kalau hanya retorika, without action, without policy, without actual program to be implemented (tanpa tindakan, tanpa kebijakan, tanpa program aktual untuk dikerjakan)," kata SBY.
Entah mengapa, berita itu tiba-tiba saja membuat saya teringat kisah humor Mukidi yang sangat fenomenal dan keluarga saya ikut ceria karenanya. Andai saja Pak SBY baca cerita ini.
MUKIDI MERDEKA
Jaya adalah tetangga Mukidi, tapi mereka tak pernah rukun. Mukidi merasa Jaya adalah saingannya.
Jika Jaya beli sepeda baru, Mukidi tidak mau kalah. Mukidi ya beli sepeda baru juga.
Ketika menjelang Lebaran, rumah Jaya dicat merah. Besoknya, Mukidi mengecat dengan warna merah juga.
Karena kini 17 Agustusan, Jaya memasang spanduk di depan rumah bertulisan "INDONESIA TETAP JAYA".