Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ributnya Nanti Saja, Masih Ada Empat Sandera

3 Mei 2016   14:47 Diperbarui: 3 Mei 2016   18:20 1297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TNI yakin bisa bebaskan WNI yang disandera kelompok militan Abu Sayyaf. (Kompas)Saat media menulis atau mengulas pembebasan sepuluh sandera Abu Sayyaf, ada sesuatu yang tak elok dibaca ataupun didengar. Terkesan ada pihak-pihak mengklaim berjasa pada upaya pembebasan itu walaupun ditutupi dengan frase ‘hasil usaha bersama anak bangsa’. Juga diperdebatkan, apakah pembebasan itu murni hasil diplomasi dan pendekatan kemanusiaan, atau pembayaran tebusan sebagaimana tuntutan penyandera.

Di tengah perdebatan atau saling klaim itu, ada sesuatu yang sangat penting, yaitu menyangkut hidup-mati empat sandera yang hingga kini belum ada kepastian pembebasan ataupun tuntutan tebusannya. Mereka adalah M. Ariyanto Misnan, Lorena MPS, Dede Irfan Hilmi, Samsir,  anak buah kapal Henry, dan Barge Christy yang ditahan sejak 15 April lalu. Walaupun Menlu Retno Marsudi menyebut keempatnya tetap dalam pemantauan intensif dan diketahui dalam kondisi baik, namun hanya sebatas itu.

Pertanyaan kemudian adalah, apalah silang pendapat soal uang tebusan dan juga klaim yang paling berjasa dalam pembebasan sepuluh sandera itu, masih dalam batas yang tak membahayakan empat sandera itu? Atau setidaknya, apakah hal itu tak akan berpengaruh pada upaya diplomasi atau pendekatan kepada Abu Sayyaf yang kini sedang berjalan.

(Maaf) kepentingan politik praktis terkadang kurang memperhitungkan hal semacam itu. Kasus pembebasan sandera ini terkesan telah ditarik dalam kepentingan politik praktis Partai Nasdem, walau terbungkus kemasan upaya kemanusiaan. Kesan ini ditampakkan oleh pihak di luar Surya Paloh, termasuk oleh yang terlibat langsung dalam diplomasi pembebasan sandera.

Megawati Soekarno Putri, ketua PDIP sempat juga melontarkan celetukan, “Terang saja dibebaskan, wong dibayar.” Ini bukan celetukan biasa. Ini celetukan seorang mantan presiden yang menyadari benar bahwa negara tidak bisa ditekan oleh kelompok semacam Abu Sayyaf untuk membayar tebusan. Sekali negara melakukan hal itu, kapal-kapal Indonesia yang berikutnya berpotensi diperlakukan serupa. 

Dan bagi Filipina, ketika Indonesia ternyata melakukan langkah tersendiri, yakni diam-diam melakukan pembayaran, meski katakanlah lewat ‘’orangnya Surya Paloh” sebagaimana tuduhan yang  beredar saat ini, itu bisa berdampak kurang baik. Bukankah selama ini Filipina selalu meminta agar Indonesia tak membayar uang tebusan (meski mereka gagal melindungi warga Kanada yang dipancung kepalanya karena tak mau membayar uang tebusan). 

Tak ada penjelasan lanjutan terkait celetukan Megawati itu. Kalangan Istana sendiri tegas membantah adanya uang tebusan terkait pembebasan sepuluh ABK. Sementara media di Filipina menyebut adanya uang 50 juta peso atau Rp 15 miliar terkait pembebasan itu. Ada ketidakpercayaan di kalangan pejabat Filipina bahwa kelompok Abu Sayyaf mau melepas sandera begitu saja tanpa dibayar.

Hal itu dibantah kelompok MNLF. Nur Misuari pendiri The Moro National Liberation Front (MNLF) disebut terlibat aktif dalam pembebasan ini, sejak 26 Maret lalu. Upaya ini dilakukan atas dasar kemanusiaan, dan sama sekali tak ada pembayaran uang tebusan kepada Abu Sayyaf. Pernyataan MNLF ini sejalan dengan pernyataan pemerintah RI dan tim Surya Paloh.

Ini memang masalah yang sensitif karena menyangkut martabat negara. Walau dari sudut pandang korban atau keluarganya, atau bahkan rakyat kebanyakan, tak masalah yang penting sandera bebas. Bagi negara, tak ada kata kompromi terkait penyanderaan, misalnya dengan membayar uang tebusan. Ketika negara menempuh langkah itu, martabat negara bisa dianggap jatuh. Ini berarti kerja Presiden Jokowi beserta jajarannya dinilai tak bagus.

Upaya pembebasan sandera ini, diketahui melibatkan banyak pihak. Tidak hanya melalui jalur resmi diplomatik namun juga keterlibatan pihak-pihak yang peduli dan punya akses ke Abu Sayyaf. Yayasan Sukma milik Surya Paloh, disebut terlibat aktif dalam masalah ini. MNLF ternyata juga disebut ikut terlibat aktif sejak awalnya. Demikian pola personel intelijen TNI, termasuk Kivlan Zen yang juga secara aktif ikut dalam tim pembebasan ini.

Jika saja, masalah pembebasan sandera ini hanya melibatkan orang-orang Indonesia, silakan saja nanti bersaing menyebut diri yang paling berjasa (nanti setelah empat sandera lain dibebaskan). Namun, pembebasan ini ternyata juga melibatkan MNLF. Apakah kita tak ‘menyakiti’ hati MNLF karena menuduh adanya pembayaran tebusan ke Abu Sayyaf, padahal MNLF jelas menyatakan tak ada uang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun