Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Mochamad Iriawan percaya pimpinan FPI Habib Rizik yang menggalang demo pada 4 November nanti tidak akan bikin rusuh. Alasannya, pimpinan FPI telah berjanji akan demo dengan tertib dan tidak akan berlaku anarkis. Mengapa polisi percaya pada pimpinan FPI itu? Apakah dia memang layak dipercaya dengan track record-nya selama ini?
Itu pertanyaan mendasar ketika beberapa hari lalu muncul berita soal itu. Terlebih lagi dalam ajakan demo itu muncul kalimat agar peserta demo menulis surat wasiat untuk keluarga. Terlebih lagi pada demo sebelumnya, seruan "bunuh Ahok" lebih mengemuka daripada demo dengan nalar sehat.
Kapolda Metro Jaya memang sudah mengeluarkan maklumat berupa larangan untuk para pendemo jangan bawa benda tajam, senpi, sajam. Tetapi, apakah itu menjamin FPI akan menepati janji setelah nenulis seruan untuk membuat surat wasiat itu? Apakah FPI memang layak dipercaya dan bisa memenuhi janji?
Majelis Ulama Indonesia sendiri sudah bersikap dengan mengeluarkan maklumat kepada seluruh umat Islam agar tidak terpancing dengan isu maupun ajakan untuk menggelar aksi untuk mengadili Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).Â
MUI juga sudah meminta aparat penegak hukum agar mengambil langkah proaktif dengan memberikan respon secepatnya terhadap pelanggaran hukum atau berpotensi melanggar hukum, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
PBNU juga sudah bersikap melarang para nahdliyin untuk ikut-ikutan dalam acara seperti itu. Bahkan Banser pun sudah siaga penuh jika FPI nanti bikin rusuh karena pengalaman selama ini memang menujukkan ulah FPI yang selalu buat resah dan mau menang sendiri.
Karena itulah, masihkan polisi percaya FPI dan para sohibnya nanti tak bikin rusuh? Kalau tak mau bikin rusuh, buat apa pula meminta peserta demo menulis surat wasiat segala, apa sudah berencana demo untuk menghasilkan tragedi seperti peristiwa Semanggi Mei 1998 dulu?
Sejak kapan pula Masjid Istiqlal, masjid milik bangsa Indonesia simbol sikap mederat dan toleran yang menjunjung kedamaian itu, diperbolehkan jadi simbol gerakan FPI yang  anti toleransi itu? Apa wibawa negara sudah runtuh membiarkan hal itu? Percayalah FPI dan para sohibnya itu tak sampai 1 persen dari jumlah muslim Indonesia.Â
Jangan jadikan Masjid Istiqkal sebagai simbol gerakan mereka,. Percayalah, para kawula alit muslim di daerah dan desa sudah "ngempet" ingin memberi pelajaran FPI kalau sampai macam-macam. Bukankah sudah lama muncul seruan agar FPI, HTI, dan kerabatnya itu dibubarkan saja?
Jadi, masihkah polisi percaya demo FPI dan para sohibnya, yang kini sudah nglunjak mengincar Presiden Jokowi itu akan berjalan tertib dan tidak rusuh? Kalau memang mau demo damai, mengapa pula ada seruan untuk menulis surat wasiat, mau bikin rusuh dan mati "syahid" begitu?
Karena itu, mengapa pula tak disegerakan memeriksa Habib Rizik yang menistakan Pancasila seperti yang dilaporkan Sukmawati itu? Apakah Pancasila tidak lebih penting dari organisasi macam FPI? Banyak pula kasus Habib Rizik yang lain, yang seolah tenggelam tak ada juntrungnya itu. Sekaranglah saatnya semua itu diselesaikan. Jangan sekali-sekali percaya demo 4 Novembetr itu akan tertib meski sudah berdiskusi dengan Habib Rizik, karena pengalaman menunjukkan hal sebaliknya.Â