Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi dalam Pelukan Golkar

19 Mei 2016   08:16 Diperbarui: 19 Mei 2016   08:28 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika kau tak bisa jadi raja, jadilah penasihat raja dan buatlah dia menuruti nasihatmu

Jika kau tak bisa jadi raja, jadilah orangnya raja dan mintalah kuasa padanya

Jika kau tak bisa memiliki Istana, jadilah pengurus Istana dan tinggallah di sana

Jika kau tak bisa memiliki Istana, buatlah rumahmu serupa Istana dan mintalah restu raja

Kalau raja menuruti nasehatmu dan memberimu kuasa, kau tinggal di Istana, rumahmu juga serupa Istana, kau sudah jadi raja

      .                                        *****

Nasehat seperti itu, entah kapan dan di mana pernah saya baca. Tadi malam ketika melihat  acara Satu Meja di Kompas TV,  yang mengambil topik “Golkar Pilihan Istana?”, yang dipandu Pemred Kompas Budiman Tanuredjo, saya tiba-tiba saja teringat nasehat itu. Ini setelah perbincangan menyinggung kemungkinan kader Golkar akan masuk kabinet Jokowi seperti diungkapkan Ikrar Nusa Bhakti.

Topik ‘’Golkar Pilihan Istana’’ itu agaknya memang spesial ‘hadiah’ untuk menyambut Setya Novanto yang terpilih sebagai ketua umum. Ada Nurul Arifin dan kader muda Golkar (sayang saya lupa namanya). Ada juga Wasekjen PDIP, yang saat itu menyebut Golkar sudah punya dua kader potensial di kabinet yaitu Luhut Binsar Pandjaitan dan Jusuf Kalla.

Sayangnya, walau topik acara ini menyebut kata ‘Istana’, tak ada pembicara yang mewakili Jokowi sebagai penguasa Istana. Atau paling tidak ya, pendukungnyalah seperti Projo itu. Rupanya, Kompas TV punya cara pandang lain soal Istana ini. Kan di sana memang ada Jusuf Kalla dan Luhut Binsar Pandjaitan. Dan bukankah selama ini keduanya seperti jadi ‘’panitia tak resmi’’ Munaslub Golkar. Hajatan Golkar itu, juga “seperti” hajatan Istana.

Itu juga masih ditambah lagi dengan pendapat dan analisis bahwa Jokowi punya kepentingan atas terpilihnya ketua umum Golkar, yang tentunya mendukung pemerintahannya termasuk untuk menghadapi Piplres 2019 nanti.  Karena itu, dia juga memaklumi dan membiarkan saja wapres dan menkopolhukamnya itu terjun langsung untuk acara Golkar itu. Jadi kata Istana sudah mendapat pembenaran.

Selama menjelang, pelaksanaan, dan paska Munasklub Golkar, Presiden Jokowi relatif bisa disebut dalam pelukan Partai Golkar. Bagaimana tidak, apa yang terjadi di partai itu selalu dihubungkan dengan Jokowi, khususnya soal figur ketua umumnya. Golkar dalam salah satu rekomendasinya pun menyatakan dukungan penuh kepada pemerintahan Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun