Pertama kali membaca kata pepes dikaitkan dengan pengungkapan kasus video kampanye hitam door to door yang dilakukan emak-emak, saya sama sekali tidak ngeh. Aneh saja pepes kok dihubungkan dengan video kampanye hitam. Biasanya pepes itu berhubungan dengan makanan.Â
Pepes itu lauk yang dikemas dengan daun pisang, berbumbu bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, cabai, kunyit, daun jeruk purut, blimbing wuluh, garam, dan sedikit gula, ditaburi daun kemangi. Isiannya umumnya ikan sehingga ada pepes ikan mas, pepes ikan patin, dan pepes yang enak-enak lainnya. Kemasan daun pisang berisi ikan berbumbu tadi lantas dikukus dan dipanggang.
Lha ini kok pepes hoax. Apa hubungannya? Di mana enaknya? Hoax kok dipepes. Karena penasaran, akhirnya saya gogling berita dan menemukan berita berjudul "Fadli Zon Jadi Penasihat 'Pepes', Apa Itu?". [1]Â Oh rupanya ini pepes berhubungan dengan Fadli Zon. Waketum Partai Gerindra itu memang hebat. Pepes saja diberi nasihat.
Setelah baca berita itulah saya jadi paham mengapa pepes bisa berhubungan dengan kampanye hitam dan berita hoax. Rupanya pepes itu singkatan dari Partai Emak-emak Pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dalam penelusuran selanjutnya, saya juga melihat foto Fadli Zon mejeng bersama emak-emak Pepes di ruang kerjanya di DPR.
Namun, jangan terburu nafsu untuk mengaitkan Fadli Zon dengan peredaran video kampanye hitam yang dilakukan anggota Pepes itu. Jangan dulu, itu tidak elok. Karena sampai saat ini belum ada sebuah pernyataan pun baik dari petugas kepolisian maupun emak-emak yang ditangkap Minggu tengah malam kemarin, yang menyatakan mereka  melakukan aksi kampanye hitam yang direkam dan jadi viral itu atas nasihat Fadli Zon.
Jadi begini ceritanya. Dalam sebuah video yang viral, ada emak-emak melakukan kampanye door to door. Mereka berbicara dalam bahasa Sunda, menyatakan kalau Jokowi sampai menang pilpres maka,Â
"Moal aya deui sora azan, moal aya deui nu make tieung. Awewe jeung awene meunang kawin, lalaki jeung lalaki meunang kawin," atau dalam Bahasa Indonesia berarti "suara azan di masjid akan dilarang, tidak akan ada lagi yang memakai hijab. Perempuan sama perempuan boleh kawin, laki-laki sama laki-laki boleh kawin".
Jelas itu kampanye hitam karena apa yang dikatakan itu sebuah fitnah dan buat resah. Masyarakat Jawa Barat yang religius tentu tidak ingin terjadi azan sampai dilarang dan perkawinan sejenis diizinkan. Entah mahluk apa yang membisiki para emak itu sehingga sampai berani melakukan kampanye hitam semacam itu, door to door dan direkam lagi.
Tentu saja video itu cepat menjadi viral dan mendapatkan banyak kecaman. Tidak hanya para netizen namun Cawapres KH Ma'ruf Amin pun ikut bicara. TKN Jokowi menyerukan pengusutan keberadaan para emak itu, walaupun para netizen lebih dahulu bergerak dan menemukan identitas pengunggah dan emak-emak di Karawang yang ternyata anggota Pepes.
Meskipun begitu, tertangkapnya tiga emak-emak yang ternyata anggota Pepes di mana Fadli Zon jadi penasihatnya sungguh menarik perhatian. Peristiwa ini seolah menambah kecurigaan selama ini bahwa kampanye hoax memang dilakukan secara sistematis dan masif. Terlebih lagi, BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam menyikapi penangkapan ketiga anggota Pepes terkesan berubah-ubah.