Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Reformasi dan Politik Kondom Bekas

21 Maret 2018   12:52 Diperbarui: 21 Maret 2018   16:28 1280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto tribunnews.com dan tempo.co

Mahasiswa menolak ajakan Amien Rais dan tidak mau meninggalkan DPR. Dan, pada 21 Mei 1998, Suharto melepas jabatan sebagai presiden sebagai imbas tekanan mahasiswa yang masih menduduki DPR. 

"Amien Rais kemudian terbukti mendukung Habibie dan berposisi berhadapan dengan mahasiswa. Bahkan, menuding Komite Rakyat Indonesia yang merupakan konsep pemerintah transisi usulan mahasiswa sebagai adaptasi konsep komite sentral Uni Soviet. Amien Rais menuding mahasiswa mengadopsi konsep komunis." [3]

Foto kabarin.wordpress.com
Foto kabarin.wordpress.com
Catatan sejarah menunjukkan, nama Amien Rais memang tidak termasuk orang yang diundang ke istana pada 19 Mei 1998 oleh mantan presiden Soeharto, menjelang dia lengser dari jabatannya pada 21 Mei. Amien Rais disebut di beberapa pemberitaan ada di lapangan mengorganisasikan demo. Sementara Megawati yang jelas sebagai lawan politik Soeharto juga tidak diundang. 

Ada sembilan tokoh masyarakat yang saat itu diundang yaitu Ketua Umum PBNU Abdurrahman Wahid, budayawan Emha Ainun Nadjib, Direktur Yayasan Paramadina Nucholish Madjid, Ketua Majelis Ulama Indonesia Ali Yafie, Prof Malik Fadjar (Muhammadiyah), Guru Besar Hukum Tata Negara dari Universitas Indonesia Yusril Ihza Mahendra, KH Cholil Baidowi (Muslimin Indonesia), Sumarsono (Muhammadiyah), serta Achmad Bagdja dan Ma'aruf Amin dari NU.

Ini menunjukkan situasi 98 yang akhirnya melahirkan reformasi itu cukup kompleks dan berwujud beragam aktivitas yang akhirnya membuat Soeharto lengser. Jelas tidak bisa seseorang mengklaim dirinya paling berjasa. Oleh karena itulah, pernyataan yang keluar dari Taufik Kurniawan itu saya nilai memalukan dan kebablasan. 

Reformasi 98 itu esensinya adalah sebuah proses yang tidak langsung jadi namun diawali prolog perjuangan yang panjang. Reformasi terbukti masih terus disebut hingga kini, sebagai sebuah proses yang tidak kunjung berhasil dan terus dirong-rong kekuatan lama yang ingin mengembalikan kekuasaan model sebelum reformasi. 

Omong-omong soal reformasi, daripada ribet dengan gelar Bapak Reformasi, ada baiknya kita rehat sejenak mengenang kisah politik kondom bekas saat itu. Sungguh sebuah kejadian yang tidak lazim saat ditemukan lima karung lebih kondom bekas dan ada juga yang belum terpakai, di sudut-sudut gedung DPR yang diduduki mahasiswa saat itu. 

Ini kisah dari dua petugas kebersihan yang saat itu membersihkan kondom itu bersama berton-ton sampah lainnya. Mereka mengaku tidak tahu pasti dari mana asal kondom yang begitu banyak. Mereka tidak percaya kondom bekas itu berasal dari mahasiswa. Jadi kemungkinannya, kondom bekas itu sengaja dibuang di lingkungan gedung DPR sebagai alasan untuk mengusir mahasiswa. [4]

Politik memang sering melahirkan hal tak terduga. Dan ternyata kisah kondom bekas itu sempat melahirkan aksi nyata yang melibatkan anggota DPR sembilan tahun kemudian. Saat di gedung itu kembali ditemukan banyak kondom bekas di toilet, saat terungkap ada skandal seks dan perselingkuhan di sana.

Eh kok ngelantur. Tetapi ngelantur itu ternyata memang melenakan. Sama seperti orang diajak bicara soal tuduhan pengibulan dan kebangkitan PKI malah bicara bapak reformasi. Gak nyambung.

Salam salaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun