Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Soal SBY Mengaku Keturunan Raja Majapahit

1 Maret 2018   11:46 Diperbarui: 1 Maret 2018   14:15 2676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Sekretariat Kabinet

screenshot pribadi
screenshot pribadi
Pertanyaannya, apakah klaim sebagai keturunan raja Majapahit atau Mataram juga akan memberi dampak yang bagus, dalam arti dukungan masyarakat yang cukup besar bagi kepentingan politik? Inilah yang saya ragukan ketika SBY menyebut dia anak-anaknya adalah keturunan pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya.

Dukungan politik itu jelas yang diharapkan SBY ketika mengutarakan silsilah keluarganya. Angka 14 yang disebutnya sebagai urutan keturunan dari Raden Wijaya ke anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono dan Edi Baskoro Yudhoyono, juga masa kejayaan Majapahit pada abad ke-14 sesuai dengan nomor urut Partai Demokrat. 

Jadi jelas, pernyataan SBY soal garis keturunan itu memang punya tujuan meraih dukungan politik masyarakat. Lebih spesifik lagi, karena hal itu diutarakan di Tulung Agung, di hadapan kader Partai Demokrat se-Jatim, tentu dukungan itu diharapkan dari masyarakat Jatim di mana Kerajaan Majapahit berdiri. Kalau di Jateng mungkin akan lebih pas jika disebut keturunan Kerajaan Mataram.

Persoalannya, masa kejayaan raja-raja di tanah Jawa ini sudah lewat (kecuali Jogja dan Solo). Jadi apa yang bisa diharapkan dari penyebutan keturunan ke-14 dari Raden Wijaya itu? Saya sebagai orang Jatim kok sudah tidak begitu memperhatikan soal nasab raja itu. Keturunan Bung Karno malah lebih dihormati oleh sebagian besar masyarakat Jatim. 

Bukannya tidak ada rasa hormat lagi kepada figur Raden Wijaya, Hayam Wuruk, atau bahkan Gajah Mada sang Mahapatih. Jarak masa yang berabad-abad dan telah lewatnya masa kerajaan, menjadikan masyarakat tak punya ikatan emosional lagi. Generasi jaman now mungkin lebih akrab dengan Thor dari kerajaan antah berantah itu.

Penyebutan keturunan ke-14 ini menurut saya kok malah kontraproduktif. Ini malah seolah membenarkan penilaian selama ini bahwa SBY terlalu sibuk dengan urusan kehormatan dan kepentingan keluarganya. Masyarakat sekarang makin kritis dan dengan kemajuan teknologi informasi, lewat hape dan gadget lain, informasi apa pun yang berkembang soal Partai Demokrat, SBY, dan keluarganya bisa mereka akses.

Memang benar penilaian, sebagian masyarakat kita mudah melupakan suatu perkara yang tertutup perkara baru susul menyusul. Tapi itu dulu. Kemajuan teknologi membuat memori penyimpanan masyarakat juga menjadi baik. Karenanya, tentu mereka akan bisa mengingat kembali apa yang telah diperbuat Partai Demokrat, kadernya,  SBY, dan keluarganya.

Kalau memang rekam jejak Partai Demokrat Cs baik, tentu masyarakat akan terus mendukung. Sebaliknya jika rekam jejaknya kurang baik macam banyak kasus korupsi dan proyek Hambalang yang mangkrak itu, tentu akan berpengaruh pula. 

Jadi kalau ingin meraih dukungan, sebaiknya melakukan banyak kebaikan yang bisa mengurangi dampak buruk kasus-kasus korupsi dan semacamnya itu. Klaim keturunan raja, saya pikir bukan salah satu kebaikan yang tepat. Ini justru lebih berkesan terlalu berbangga diri.

Akhirnya, soal SBY menyebut keturunan raja Majapahit itu memang hak dia dalam rangka menegakkan silsilah atau pohon kehidupan keluarganya. Soal benar tidaknya silsilah itu biarlah para ahli silsilah yang menelaahnya. Hanya saja, jika tujuannya untuk meraih dukungan politik, tampaknya tidak akan efektif.

Silsilah keluarga yang bermuara pada pohon keluarga, memang baik untuk ditelaah dan ditelusuri, untuk menyambung tali silaturahmi dan memupuk kebaikan. Jika para pendahulu kita orang baik-baik maka jagalah diri dan keluarga untuk jadi orang baik-baik. Jangan pula terlalu bangga dengan garis keturunan. Karena bisa saja mengaku keturunan orang mulia tetapi berperilaku tercela dan akhirnya malah jadi buronan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun