Pertanyaan itu mungkin bisa dinilai berlebihan meski tetap harus dikemukakan, sebagaimana langkah Menlu Retno yang mempertanyakan penolakan masuknya panglima TNI ke AS, kepada otoritas AS. Bisa saja penolakan itu muncul akibat "reaksi domestik AS" paska dibukanya dokumen peristiwa berdarah 1965 di Indonesia, yang disebut melibatkan TNI AD itu.
Akhirnya, penolakan ini masuknya panglima TNI ini memang harus disikapi dengan bijak, tidak grusa-grusu. Ada sahabat yang bertanya, perlukah rakyat ikut marah dan bereaksi atas sikap AS itu. Jawabnya sederhana, untuk keperluan apa, harga diri, emosi, atau politik? Sayang, saya belum punya jawabnya.
Salam-salaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H