Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Makar-makaran ala Kompasiana

9 Desember 2016   15:46 Diperbarui: 9 Desember 2016   15:52 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peng-kawe-an akun di Kompasiana

Terbukti, setelah akun AAA^NhuzQ pamitan mau istirohat dari Kompasiana, 29 November muncul akun baru yang benar-bebar kualitas kawe 1 kalau dilihat dari nama akunnya, yaitu AAA^ NhuzA. Bedanya dengan yang asli, huruf Q diganti huruf A. Gambar profilnya sama dengan gambar profil AAA^NhuzQ warna hijau. Ini jelas menunjukkan adanya "makar ala Kompasiana."

Menjadi menarik, AAA^NhuzQ yang istirohatnya terganggu akhirnya balik kucing dengan nama akun sama tetapi foto ptofilnya diganti huruf A, dengan warna sama seperti sebelumnya yaitu ada yang hijau, jingga, kuning, merah pink. Terakhir foto profilnya diganti foto Ki Lurah Semar pegang senapan serbu.

Dalam beberapa pernyataannya, AAA^NhuzQ menyatakan upaya peng-kawe-an akun-akun itu didalangi Imam Prasetyo, Angrybird, Sayyed, dan juga Goenawan. Sayang keempat tertuduh upaya "makar ala Kompasiana" tidak memberi klarifikasi atau bantahan atas tuduhan itu. Bisa jadi, tuduhan itu benar karena reaksi AAA^NhuzQ yang begitu ngotot melancarkan perang artikel dengan judul Sayyed, yang katanya suka tumis kangkung dengan gambar monyet, yang harus berakhir di tengah jalan, alias artikelnya dihapus dari peredaran oleh admin.

Dari sisi kemanusian dan kemandirian pribadi, adanya upaya peng-kawe-an akun K'er ini sungguh memprihatinkan. Ini menunjukka iklim politik yang panas di luaran telah berpengaruh secara langsung terhadap Kampung Besar Kompasiana. Ini juga menunjukkan masih adanya mental inlander yang tidak percaya pada kemampuan dan kehebatan diri sendiri sehingga harus mengkawekan akun K'er lain untuk menjadi terkenal.

Itu juga menunjukkan, ilmu politik telah diterapkan dengan sebaik-baiknya untuk meraih dukungan pembaca Kompasiana, dengan membuat akun kawe dari sebuah akun yang dinilai sukses dan punya banyak penggemar. Jadi Wara Katumba dan AAA^NhuzQ untuk sementara ini boleh besar kepala karena dinilai sebagai akun yang top markotop sehingga layak di-kawe-kan.

Meskipun begitu, kejadian ini sungguh memprihatinkan dan bisa menimbulkan kekhawatiran pada akun-akun top lainnya. Misalnya saja akun Asaaro Lahagu dengan foto profil naik mobil itu, kemudian di-kawe-kan dengan akun Asaro Lahuga dengan foto profil lelaki naik becak. Akun TJIPTADINATA EFFENDI bisa juga dikawekan dengan nama akun TJIPTA DINATA AFFANDI dengan foto profil opa-opa dengan pipa cangklong.

Bisa juga akun Elde dikawekan dengan akun Elda dengan foto profil sama karena foto yang dipakai Elde kan bersifat umum, alasan yang dipakai Jossie Rompie Sheila saat memakai foto profil Wara Katumba. Akun Mike Reyssent juga bisa dikawekan dengan akun Myke Resent, Mawalu dikawekan dengan akun Nawalu, Nolwi dikawekan dengan akun Nolwia, dst.

Mungkin karena itu, seharusnya admin Kompasiana menerapkan aturan hukum perkompasianaan yang jelas, tegas, dan berkepribadian untuk mencegah tindakan "makar ala Kompasiana" ini terus berkelanjutan. Jika tidak, betapa riuhnya Kompasiana dengan kawe-mengkawekan akun top ini. Dan yang jelas, para pembaca akan terganggu dan akhirnya sulit menemukan akun asli yang top markotop itu.

Di dalam praktek dagang, memang sering ditemukan praktek semacam itu. Misalnya makanan wingko babat atau jenang yang punya brand top, selalu diikuti oleh rombongan wingko babat dan jenang dengan brand yang mirip-mirip. Tetapi, Kompasiana kan bukan wingko babat atau jenang,  sementara K'er juga bukan pedagang wingko babat dan jenang. Jadi harus diatur dengan tegas, sehingga Kompasiana tidak berubah menjadi Kampung pedagang wingko babat dan jenang.

Meski begitu, munculnya fenomena peng-kawe-an akun K'er ini bisa saja karena pengaruh ilmu dagang politik yang telah dikuasai para K'er dengan seksama. Tentu saja tujuan akhirnya adalah mempengaruhi pembaca  sekaligus mengubah Kompasiana yang tadinya terlalu dikuasai kelompok pro Ahok dan pro Jokowi, menjadi dikuasai kelompok anti Ahok dan anti Jokowi, atau kelompok baju gamis, dan sejenisnya.  Bukankah itu dari dulu masalahnya.

Seharusnya kalau memang itu tujuanya ya harus jentel. Jangan pakai kawe-kawean gitu. Kompasiana kan tidak melarang tulisan yang pro siapa asal harus tanggung jawab saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun