Jika kita mempelajari ilmu perubahan sosial-budaya, maka terdapat istilah "nothing endures but change." Artinya 'semua akan berubah kecuali perubahan itu sendiri.' Demikian juga kalau kita mempelajari ilmu agama, 'Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum itu sendiri tidak merubahnya.'
Partai Demokrat hari ini tengah menghadapi sebuah perubahan. Pasca terbentuknya kepengurusan baru dimana Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ditetapkan menjadi Ketua Umum, menunjukan estafet perjuangan Partai Demokrat akan berlanjut. Selain itu, dengan terbentuknya kepengurusan baru ini menandakan adanya proses regenerasi Partai Demokrat.
Setelah melalui rintangan dan dinamika berdemokrasi, Partai Demokrat sudah berpengalaman. Karena Partai Demokrat telah mengalami manisnya meraih kemenangan dan bagaimana pula dengan menghayati sebuah kekalahan pada 'suksesi' berskala nasional.
Tugas AHY berat. Karena harus 'mengemasi' kembali puing-puing politik pasca kekalahan pada pemilu 2019. Dan AHY juga mesti merangkak kembali untuk membangun pondasi politik Partai Demokrat yang lebih baik dari pada sebelumnya.
Menyambut era bonus demografi, Partai Demokrat tentunya membutuhkan persiapan yang matang. Kematangan itu ditunjukan dengan adanya kemajuan kualitas kader dan kualitas kepengurusan yang mumpuni. Untuk memperkuat kemajuan tersebut, Partai Demokrat memerlukan pemimpin yang kredibel. Maksud pemimpin yang kredibel yaitu pemimpin yang dipilih berdasarkan pengalaman tanpa menilai jumlah usia, namun lebih menitik beratkan kepada kemampun bagaimana merefleksikan pengalaman dalam mengambil keputusan.
Kemudian, di zaman kontemporer ini, pemimpin yang dibutuhkan itu adalah pemimpin yang mampu mentranformasionalkan nilai-nilai budaya luhur bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur tersebut tertuang dalam falsafah bangsa yaitu Pancasila. Dimana Pancasila telah menjadi rangkuman ideologi dunia yang mampu menjawab persoalan-persoalan yang berhubungan dengan sosial-budaya baik secara nasional maupun internasional.
Mentranformasikan nilai-nilai luhur juga membutuhkan motivasi, edukasi dan berakhir pada aplikasi yang bermanfaat untuk keberlanjutan Partai Demokrat. Motivasi yang diberikan oleh seorang pemimpin itu mesti mampu membangkitkan semangat kader partai dalam menjalankan setiap tugas yang diemban. Demikian juga dengan pemberian edukasi politik terhadap kader. Pemimpin partai mesti menambah kapasitas intelektual maupun spiritual kader.
Kreteria kepempinan yang dimaksud tentunya telah dipenuhi oleh AHY. Sebagai seorang mantan anggota militer, AHY memiliki fisik bergerak lebih lincah. Demikian juga dengan persoalan motivasi dan semangat kerja, sudah menjadi hal yang wajib dimiliki oleh seorang anggota militer.
Hari ini, AHY hanya perlu sedikit merubah bentuk perjuanganya dari bidang militer ke bidang politik. Sebagai alumnus Harvad Univesity, AHY hanya perlu penyesuaian antara suhu dan cuaca perpolitikan di Indonesia. Keyakinan kader Partai Demokrat pun juga sangat kuat terhadap AHY. Hal itu karena jalur pendidikan yang telah diselesaikan dengan baik oleh AHY.
YOSERIZAL: Pengamat Sosial-Budaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H