Makanya saya menggunggulkan TEMPE sebagai materi pembelajaran tematik. Local wisdom, global contribution. Kesiswaan perlu buat kegiatan Tribute Tempe untuk meningkatkan apresiasi masyarakat sekolah pada olahan kacang terfermentasi tersebut.
Mengenai topik atau tema tempe ini sekolah lagi-lagi salah kaprah. Tempe dipandang sebelah mata padahal di negara maju khazanah kekayaan budaya asli pulau Jawa ini dikupas kehebatannya secara ilmiah dan bakal menjadi makanan fungsional.
Terakhir, sekolah juga mesti mulai meluruskan tugas pokok dan fungsi esensial dari guru. Selain membangun diri menjadi fasilitator pembelajaran, guru juga perlu lebih menempatkan diri menjadi konselor.Â
Iya, kerjanya ngobrol. Lebih dekat dengan siswa. Tugas mengajar di depan kelas telah dipaksa oleh covid 19 dilepas. Ikhlaskan saja dan ambil hikmahnya menjadi semacam #newnormal. Biarlah tatap muka ceramah diganti oleh modul. Tentu bukan sembarang modul. Ada 3 lapis format modul: modul cetak, modul digital, dan modul simulasi berbasis komputer dan aplikasi.
Ketiga format modul ini memenuhi tingkat kompetensi berbeda. Modul cetak mencapai kompetensi maksimal tingkat mengetahui dan memahami; modul digital disusun agar siswa mencapai kompetensi analisis dan aplikasi; modul simulasi dapat disusun hingga mencapai kompetensi pemecahan masalah dan berpikir kritis.
Demikian, saya menunaikan tugas pengarahan (directing) secara Chief Education Officer. Ngarangdotcom
Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mencerdaskan diri sendiri dahulu.