Tangan itu kenapa Uni, tanya saya pada seorang ibu ihwal luka berair di tangan yang coba dia tutupi sekadarnya dengan perban. "Saya mengidap diabetes," kata ibu asal Sumatera Barat yang sedang mengikuti retret kesehatan dan bisnis di Bandung. "Besok kita bertemu lagi, ingatkan saya untuk membawakan stek bibit tanaman obatnya," kata saya padanya.
Keesokannya beruntung saya tidak lupa memenuhi janji. Saya membawakan puluhan batang stek pohon yang tidak saya sebutkan namanya. Selain untuk ibu itu, saya pun berniat membagikan kepada peserta lainnya yang memang kebanyakan datang dari luar kota Bandung.
"Oh kalau ini saya tahu tanaman apa," kata ibu itu dengan logat Minangnya yang khas, tatkala melihat bakal "oleh-oleh" dari saya itu. "Apa namanya?" tanya saya padanya. "Ini pohon afrika, iyo ndak?" katanya.
Saya pun langsung berkecil hati karena bawaan saya ini tidaklah asing baginya. "Jadi Uni sudah punya tanaman ini," tanya saya agak lemas. "Oh belum, kata orang tanaman ini banyak di Bandung." Yes, akhirnya saya gembira juga karena niat saya untuk hidup bermanfaat bagi orang sekampung halaman, dapat kesampaian.
Mengobati diabetes
Betul, sudah banyak laporan dari masyarakat bahwa pohon daun afrika ini membantu penyembuhan dari sakit gula. Daun afrika tidak hanya mengurangi tingkat gula darah secara drastis, tetapi juga membantu memperbaiki pankreas.
Sebuah situs dari universitas di benua hitam menyarankan cara penggunaan. Peras 10 genggam daun segar dicampur dengan 10 liter air, minumlah 2 gelas, 3 x sehari. Beberapa orang juga menambah segenggam daun afrika untuk dimakan juga.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Pharmacy & Bioresources, para peneliti di University of Jos, menyatakan bahwa ekstrak kloroform kasar Vernonia amygdalina (nama ilmiahnya)Â memiliki efek anti-diabetes pada tikus dengan diabetes mellitus (diabetes tipe 2), pada kondisi laboratorium.
Demikian pula, para peneliti menulis dalam Medical Journal of Islamic World Academy of Sciences bahwa pemberian ekstrak air daun afrika dengan konsentrasi 500 mg / kg berat badan secara signifikan menurunkan kadar glukosa darah. Kemanjurannya menurunkan kadar glukosa darah adalah sebanding dengan klorpropamid, obat standar yang digunakan dalam pengelolaan diabetes.
Nyatanya, obat anti-diabetes herbal berbasis daun afrika telah lulus uji klinis dan menerima Paten Amerika Serikat 6531461 untuk pengobatan diabetes sejak 2008.
Menangkal serangan jantung dan stroke
Konsumsi rutin sayuran seperti Vernonia amygdalina (daun afrika) dan Telfairia occidentalis (Ugwu) dapat membantu mengatur kadar kolesterol dalam darah, yang merupakan faktor risiko serangan jantung dan stroke.
Penumpukan kolesterol dan zat-zat lain yang disebut plak, dapat mempersempit arteri hingga tersumbat, menyebabkan arteriosklerosis, atau pengerasan pembuluh darah. Seiring waktu, hal ini menyebabkan serangan jantung.
Studi, yang dipublikasikan dalam African Journal Of Biochemistry pada 2011, menunjukkan bahwa diet daun afrika dan ugwu menyebabkan peningkatan serum kolesterol baik (HDL) secara signifikan, menunjukkan peran protektif terhadap jantung dan pembuluh darah, termasuk dari serangan jantung.
Mengobati sakit perut:
Dalam kasus sembelit, sakit perut dan radang lambung, daun afrika adalah obat. Mengunyah batang lembut tanaman atau di-jus dengan tambahan sedikit garam hingga tiga sendok makan, adalah upaya peredaan segera.
Mencegah malaria
Daun afrika telah banyak digunakan dan diakui kemanjurannya dalam mencegah malaria. Daun mentah dipetik dan dicuci sebelum diperas untuk mendapatkan jusnya. Minum jus langsung sebagai penangkal malaria.
Para ilmuwan, dalam studi antimalaria dari ekstrak kasar air dan etanol daun afrika, menemukan bahwa di bawah kondisi laboratorium, ekstrak daun afrika yang terbuat dari air dan etanol menunjukkan aktivitas antimalaria moderat dengan tingkat toksisitas yang dapat diabaikan dalam tes hewan-tikus .
Pada edisi 2011 dari studi Science World Journal, ekstrak etanol daun afrika menunjukkan aktivitas antimalaria tertinggi 78,1 persen. Ekstrak air memiliki penghambatan pertumbuhan parasit malaria sebesar 74,0 persen.
Pada studi lain, didokumentasikan dalam jurnal African Health Sciences, 2008, daun afrika berpotensi membalikkan resistensi chloroquine bila digunakan sebagai adjuvant bersama obat standar untuk malaria itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H