Industri Mobil Menghadapi Jalan Terjal di Tengah Tantangan Geopolitik dan Teknologi
Industri mobil global sedang mengalami transformasi besar-besaran karena beradaptasi dengan perubahan permintaan dan preferensi pelanggan, terutama di Cina, pasar mobil terbesar di dunia.Â
Namun, industri ini juga menghadapi banyak tantangan dari ketegangan geopolitik, hambatan perdagangan, gangguan rantai pasokan, pembatasan teknologi, dan masalah keamanan data. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan industri mobil yang lebih teregionalisasi, terlindungi, dan kurang efisien di masa depan.
China telah menjadi pendorong utama inovasi dan pertumbuhan industri mobil, karena memimpin dunia dalam pengembangan kendaraan listrik (EV) dan perangkat lunak otomotif. Namun, produsen mobil asing kehilangan pijakan di Cina karena mereka berjuang untuk bersaing dengan rival lokal seperti BYD dan Geely, yang menawarkan mobil listrik yang lebih canggih dan lebih murah.Â
Pemerintah China juga telah mengurangi subsidi untuk mobil listrik dan meningkatkan dukungan untuk perusahaan-perusahaan domestik. Selain itu, sentimen nasionalis di kalangan pembeli China telah tumbuh di tengah meningkatnya ketegangan dengan AS dan negara-negara lain.
Persaingan AS-Tiongkok juga telah memengaruhi rantai pasokan global suku cadang mobil, yang telah terganggu oleh pandemi COVID-19 dan kelangkaan semikonduktor.Â
China adalah salah satu eksportir suku cadang mobil terbesar di dunia, senilai lebih dari $45 miliar pada tahun 2021, tetapi banyak produsen mobil mencari sumber alternatif dari India, Meksiko, atau Afrika Utara untuk mengurangi ketergantungan mereka pada China. Namun, proses ini lambat dan mahal, karena perusahaan biasanya mengganti pemasok hanya ketika mereka meluncurkan model baru.
Tantangan lain bagi industri mobil adalah akses ke teknologi canggih, terutama semikonduktor, yang sangat penting untuk mobil listrik dan perangkat lunak otomotif.Â
AS telah memberlakukan larangan ekspor untuk chip tertentu ke China dan menawarkan subsidi baru untuk produksi chip dalam negeri di bawah Undang-Undang CHIPS yang disahkan tahun lalu. Perusahaan-perusahaan mobil di Tiongkok hampir seluruhnya bergantung pada chip impor dari AS, Eropa, dan Taiwan, tetapi mereka mencoba mengembangkan chip mereka sendiri dengan bantuan dana pemerintah.
Industri mobil juga menghadapi masalah keamanan data, karena mobil mengumpulkan lebih banyak informasi dari pengguna melalui sensor, kamera, dan fitur konektivitas.Â