RT Dodi
Rukun Iman Ada 7 Kata Pak      Pernahkah Bapak dan Ibu kondangan dan salah lokasi?. Ini kisah tentang itu. Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Di agama apa pun sama, hidup ini ada siklusnya. Ada alam  rahim, alam dunia, alam kubur, dan alam akhirat. Saat di alam Rahim kita telah hidup namun apa yang terjadi kita tak mampu mengingatnya. Bahkan peristiwa kita keluar dari Rahim ibu saja kita tak menyadarinya. Jika tak diceritakan bahwa anak saya yang pertama dan kedua melalui operasi sesar oleh mamanya mungkin kedua anak saya tak mengetahuinya.
      Rupanya apa yang kita ketahui salah satu sumbernya adalah dari informasi yang diterima melalui panca indra. Maka bersyukurlah yang punya panca indra lengkap, dan yang ada kekurangan jangan berkecil hati, pasti ada kelebihan yang ada pada diri anda, dan itu tak dimiliki orang lain. Dengan cara pandang ini, maka kita akan tenang dan bersyukur dengan apapun keadaan fisik kita. Karena hidup saja sudah merupakan karunia dan nikmat yang tak terhingga.
      Di tengah maraknya berita hoaks yang menyebar di masyarakat baik lewat media cetak, elektronik, maupun media sosial, ada satu berita yang tak pernah hoaks yaitu berita kematian seseorang yang diumumkan dipengeras suara lingkungan. Dari Masjid atau Mushalla bagi orang Muslim, dari Gereja bagi orang Kristen dan Katolik, dari Pura bagi orang Hindu, dan dari Kelenteng bagi orang Konghucu. Bila pengeras suara terdengar lalu info disebarluaskan bahasa si A telah wafat pada hari .. dan seterusnya, maka informasi tersebut dijamin kebenarannya.
      Pada Sabtu 4 Desember 2022 di Grup Wa tempat saya tinggal di Kota Serang-Banten, ada info dari pak RT yang mengumumkan bahwa mohon dimaafkan kesalahan almarhum Bapaknya dan doakan moga husnul khatimah. Disusul puluhan ucapan turut berduka cita dari hampir semua anggota grup. Itulah budaya baik bangsa kita, dan ucapan bukan hanya dari seagama, dari teman beda agama pun datang, demikian takziah sambil memberi sumbangan alakadarnya.
      Budaya turun temurun mengucapkan turut berduka dan mendoakan merupakan hal baik terhadap tetangga dan para sahabat seperjuangan, baik di lingkungan kantor maupun di lingkungan tempat tinggal. Adanya budaya saling menyampaikan belasungkawa dan mendokan atas wafatnya almarhum keluarga,  bagi orang yang sedang berduka, sungguh berguna dapat menguatkan batin ahli waris.
Dalam Islam, takziah atau melayat kepada ahli waris yang anggota keluarganya wafat  hukumnya sunnah atau pekerjaan yang dicintai Tuhan bila kita mengerjakannya. Kewajiban orang hidup terhadap orang yang telah wafat ada 4 yaitu : pertama memandikan, kedua mengkafani atau membungkus dengan kain kafan, ketiga menyolatkannya, dan keempat menguburkannya.
Sejak hari pertama wafat abahnya pak RT, saya mau takziah dan datang ke rumahnya di Komplek Depag Cipocok  Jaya Kota Serang. Namun rumah lampunya menyala siang dan malam. Mungkin sedang di Cidadap di rumah duka. Sampai hari ke-4 tahlilan, saya belum ikut hadir di cara doa bersama untuk almarhum. Selain karena tak tahu alamatnya karena tepar kecapean.
Malam ini saya berangkat  bersama  Om Syarif petugas kebersihan baca Marbot di Masjid Al Muhajirin Pancasila, kepergian kami bertujuan untuk  ikut doa bersama (tahlil) di rumah duka  (rumah almrhum Ayahnya Pak RT Dodi). Berbekal kiriman share lokasi dari pak RT Dodi, kami berangkat dengan penuh percaya diri. Nama kampungnya Cidadap Wetan.
Saat berangkat, saya yang mengendarai motor, Â dan Om Syarif dibonceng, awalnya kami mau mengikuti petunjuk Google Map atau Share Lokasi yang dikirim pak RT Dodi, karena nyasar sampai 3 kali berputar-putar, kami abaikan petunjuk tersebut. Kami bertanya pada warga yang rumahnya terbuka da nada di teras. Dapat keterangan bahwa yang ada tahlilan di seberang jalan masuk saja dari gapura yang ada tulisannya Cidadap.
Kami telusuri hingga 2 kali dan akhirnya ketemu orang sedang tahlilan ramai meskipun kegiatan doa bersamanya telah usai, tinggal obrolan santai sesama warga yang hadir sambil mencicipi hidangan dari tuan rumah. Kami langsung berbaur dan duduk di belakang di kursi yang masih kosong. HIdangan pun datang. Kopi, kacang kulit, gorengan dan salak dihidangkan. Karena haus putar-putar cari lokasi tahlil, kami pun gabung dengan hadirin yang sedang asik mengobrol sambil menikmati kopi dan lainnya. Setelah sekitar 10 menit berlalu, sebagian hadirin pamit, dan tersisa seperempat saja. Kami tanyakanlah siapa nama almarhum lalu dapat keterangan namanya pak Heru (bukan nama sebenarnya).