Yang sangat terkesan dengan pemberian PR di MTs tugas Bahasa ndonesia buat resensi Novel adalah membacakan hasil resensi di depan kelas dan diberikan pertanyaan dari teman atau guru. Seru banget yang tidak baca kisah di buku dan hanya baca resensi jadinya ketahuan bahwa dibuatkan. Untung say abaca semua halaman, sehingga bisa menjawab pertanyaan tentang kisah di buku tersebut dengan baik, dan di raport diberi nilao 9. Kala itu jilai 9 adalah tertinggi.
Yang bahasa Inggris pun demikian, kami diminta maju perkelompok berurutan dari yang pilih paragraph 1-2, 3-4, dan 5-6.  Sekali maju 3 orang dan membacakan hasil  terjemahan yang lucu karena perkata dari kamus. Banyak yang mengeryitkan dahi saking tak mengerti alur kisah dari judul bacaan Kemping  yang kam terjemahkan.
 Setelah selesai maju semua, barulah kami diminta mencocokan dengan terjemahan guru, dan kami diminta menilai dengan jujur berapa layaknya karya kami dinilai?. Malu rasanya karena banyak yang terjemahan yang dipahami karena perkata. Namun kami bisik-bisik kamu mau kasih nilai berapa?.  Saya 8, kalau kamu?. Sama saya juga 8. Hanya ada 3 orang yang memberikan nlai 9. Dan pak guru membubuhkan tanda tangan serta titmangsa di buku PR kami.
Saat sekolah SLTA saya masuk di MAN 2 Serang salah satu sekolah terbaik di Banten, muridnya dari mana-mana, bahkan dari  Jakarta, Tangerang, Pandeglang, Lebak dan Cilegon ada. Persaingan sangat ketat, dan PR hampir semua pelajaran memberikan. Kesal rasanya dan merasa bahwa guru mengerjai kami. Namun demikian dengan adanya PR kami sadar bahwa niatannya bagus supaya kami mempelajari materi  yang diberikan di rumah masing-masing.
Setelah kuliah  di IKIP Jakarta, pemberian PR ada namun tak seberat di MAN 2 Serang, ada PR buat makalah atau membuat terjemahan dari teks aslinya , karena saya kuliah bahasa Asing tepatnya bahasa Arab. Dengan pembiasaan selam 12 tahun menghafal kosa sewaktu MI, MTs dan MAN 2 Serang, mungkin kosa kata yang saya hafal sudah hampir 500 sehingga saat kuliah enjoy saja.
Beda denga  teman yang lulusan SMA yang memang dari nol, sangat berat bahkan ada beberapa yang tak sanggup akhirnya pindah jurusan ke PPKn atau Teknologi Pendidikan. Rupaya ada benarnya alah bisa karena biasa, saat didiktekan pun saya biasa menuliskan bahasa arab dan hampir sempurna tak ada kesalahan.
Pertanyaan kini muncul apakah di era Milleniah hari ini, PR masih diperlukan?. Â Menurut pendapat saya, PR Â tetap diperlukan dengan catatan tidak semua pelajaran memberikan. Misal sehari ada 3 Pelajaran, maka guru harus sepakat yang ngasih PR 1 pelajaran saja. Pekan depan yang sudah ngasih PR tak boleh ngasih lagi, digantI pelajaran yang belum MEMBERIKAN PR. Jadi Murid tak bosan, PR melulu.
Pertimbangan masih perlunya ada PR namun dibatasi agar setiap malam murid dibiasakan menyiapkan buku pelajarannya, dan mengerjakan PR pekan lalu, namun singkat tak harus sampai pukul 23 atau bahkan 24 karena semua pelajaran ada PR. Terus terang saya kesal dengan Sekolah anak saya yang saat ini kelas XII di MAN 2 Serang.
Saya amati setiap malam minimal ada 2-3 pelajaran PR yang harus dikerjakan, sehingga anak saya kurang tidur dan kelelahan, badanya pun kurus. Sempat saya tanyakan kalau tak kuat apakah ingin pindah sekolah cari yang sedikit saja PR-nya?. Â Namun anak saya menjawab : "Tidak perlu ayah, karena memang kalau mau pintar harus banyak belajar kata Pak guru dan bu guru".
Bagamana pendapat bapak dan ibu pembaca artikel ini?. Silahkan  komentar. Yang terbaik ada hadiah buku dari saya. Terima kasih.
Â