Damar :  "Assalamu 'alaikum, Mang Narman tolong...tolong.. Abah saya dipatok ular tanah".
Damar lakukan itu hingga 3 x, dan terdengar suara dari dalam rumah, Ya tunggu sebentar, Saya ambil peralatan dulu. Keluarlah mang Narman dan langsung mengenali Damar. Meski tetangga kampung Damar banyak mengenal orang-orang di kampung tersebut, karena sering menggantikan ibunya jaga warung jika sedang belanja.
Hayu atuh kita segera ke rumah Abah Nur, bahaya jika terlalu lama kawatir bisa ular sudah naik ke jantung. Iya mang Narman, hayu. Kami berdua berjalan cepat setengah berlari. Setibanya di depan rumah para santri yang tidur di Mushalla berkerumun. Mengetahui kedatangan Damar bersama Mang Narman ada yang betanya : " Itu mang Narman siapa yang susulin?"
      Damar menjawab : " Saya tadi panik dan langsung lari sampai lupa gak pakai sandal".
      Santri X : " Waw, berani banget itu melewati 2 tanjakan kembar yang ada kuburannya?"
      Damar : " Sudah gak kepikiran, Saya sangat ketakutan kalau abah tak tertolong, jadi lupa semuanya yang serem-serem".
Para santri : " Hebat ya, jadi berani karena ada rasa takut yang lebih besar dari takut ketemu hantu yang seram yang sering muncul kata orang-orang".
Damar : " ya begitulah, yang terpikirkan abahku tertolong, itu saja".
Senentara mang Narman sudah mengikat dengan lebih kuat paha abahnya Damar, agar bisa tertahan. Mang Narman tampa ragu setelah menemukan titik bekas gigitan ular dengan penerangan senter, langsung menghisapnya dan memuntahkan apa yang ia hisap dari bekas patokan ular tanah, hingga 3x hisapan.
Selanjutnya ia menempelkan batu berani (macam magnet alam) di bekas luka gigitan ular, sebelumnya dibacakan doa dan dikompres dengan air hangat. Lalu diikat agar tidak jatuh. Setelah beres berpesan nanti sore akan diperiksa kembali ba'da ashar. Batu berani biasa kami gunakan jika ada yang digigit kalajengking sama ditempeklan dan diikiat, katanya bisanya tak menyebar tersedot batu tersebut.
Ibunya Damar mengiyakan, dan menyampaikan ucapan terima kasih sambil menyerahkan sedikit uang ke tangan mang Narman, berucap : "ini mohon diterima untuk dibuatkan racikan penawar nanti sore. Â Mang Narman menjawab : "Baik bu, terima kasih". Â Langsung pamit dan kembali pulang ke rumahnya.