Mohon tunggu...
Siti Dahwiyah Elmuqsith
Siti Dahwiyah Elmuqsith Mohon Tunggu... -

hanya seorang wanita yg berusaha memahami arti menjadi wanita... :D\r\nhttp://dahwiyahelmuqsith.blogdetik.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kompas TV, Apa Sih Hebatnya?

19 September 2011   18:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:49 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Entahlah, apa yang menjadi "sisi" istimewa dengan hadirnya KOMPAS TV ditengah-tengah blantika pertelevisian Indonesia. Sehingga banyak sekali teman-teman kompasianer yang mencoba mengulas KOMPAS TV dengan bahasa yang begitu BOMBASTIS. Seolah-olah Kompas TV bak dewa yang akan menyelamatkan keterpurukan moral bangsa oleh sajian-sajian gosip yang kerap kali menghiasi layar kaca rumah kita. Seperti yang diungkapkan Pemimpin Redaksi Kompas TV Taufik H Mihardja "Kompas TV sendiri menyajikan program-program yang berbeda dengan televisi lain, “Tidak ada sinetron, gosip, yang bisa merusak moral anak bangsa, Kompas TV akan menyajikan tayangan yang bermutu dan lebih mendidik lebih mengutamakan sisi pendidikan.” Bagi saya ini hanya sebuah seremonial manis belaka.

Mungkin, kita masih ingat bagaimana lahirnya Televisi Pendidikan Indonesia (TPI)? TPI lahir dengan bercita-cita menyajikan tayangan bermutu dan lebih mendidik yang mengutamakan sisi pendidikan. Tapi, kita bisa lihat apa yang terjadi? tayangan-tayangan yang menyuguhkan bentuk-bentuk pendidikan hanya mampu bertahan kurang lebih sekitar 1 tahun. TPI mulai kebingungan dan kehilangan arah, yang akhirnya TPI menyerah dengan menambilkan sajian gosip, musik dangdut yang terkadang cukup erotis. Kejadian yang menimpa TPI ini bukan tidak mungkin akan dialami dan diikuti juga oleh KOMPAS TV.

Saya mencoba memberikan "standing applause" bagi Kompas TV yang berusaha untuk tidak menayangkan sajian Sinetron dan gosip (dunia keartisan). Namun, akan bertahan berapa lama? 1 tahun kah? 2 tahun kah? Bukankah acara-acara tersebut yang lebih menjual dan memperoleh ratting tertinggi dalam dunia pertelevisian?? Atau jangan-jangan nantinya Kompas TV akan terjebak oleh retorika yang telah diucapkannya? Nah, bila hal itu sampai terjadi sayalah orang pertama yang akan tertawa sambil bertepuk kaki... (Opsss....) Kompas TV "yang katanya" hadir sebagai sebuah "idealisme" dalam setiap penayangannya, membawa pesan-pesan untuk mencerahkan masyarakat Indonesia. Bahkan Pak Sukardi yang merupakan lulusan doktor ilmu politik National University of Singapore, "Kompas TV akan menjadi tayangan alternatif yang akan diserbu para pemirsa televisi. Saya yakin Kompas TV akan menjadi media alternatif yang akan dinikmati para pemirsanya terlebih lagi, saat ini masyarakat sudah bosan dengan tayangan televisi yang sudah ada. Saya kira Kompas TV tidak akan mengekor dengan televisi lainnya, karena saya sudah tahu filosofi berdirinya koran Kompas. Kompas TV bukan mengikuti pangsa pasar tetapi akan menciptakan pasar baru dalam trend pertelevisian di Indonesia dan itu akan diikuti televisi lain,” paparnya. Bagi saya pernyataan Pak Sukardi ada sebuah pernyataan umum dari setiap orang yang diundang lalu diwawancara, yang tentunya akan mencoba memberikan kesan yang terbaik, ya apalagi ini baru sebuah "praduga". Untuk membuktikannya, kita liat saja apakah Kompas TV mampu menciptakan pasar baru dalam trend pertelevisian Indonesia atau jangan-jangan ikut terjebak dan mengikuti arus pertelevisian yang marak dengan gosif dan nuansa politik. Atau jangan-jangan "idealisme" yang diusung Kompas TV akan berupa menjadi bentuk "praktis konsumtif" yang selama ini dihadirkan oleh televisi-televisi Indonesia? Terakhir, sebelum saya hentikan argumentasi "tak bermutu" ini. Inilah pendapat saya yang mungkin agak sedikit berbeda dari sebagian besar para kompasianer yang terlihat begitu "menjempolkan" kehadiran Kompas TV. Bagi saya, kehadiran televisi apapun adalah suatu hal yang wajar dan biasa di Indonesia. Media Masa, apapun bentuknya tentu membawa sebuah kepentingan. Entah, apa kepentingannya itu??? waktulah yang akan menjawab semua... Semoga saja "kepentingan" itu sebuah "kepentingan" yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, Bukan KEPENTINGAN POLITIK!. Sekali lagi, ini hanya perbedaan sudut pandang dalam melihat sesuatu. Oleh karena itu, izinkan saya untuk berbeda. Sebab berbeda adalah fitrah. Seperti ungkapan KH. Abdurahman Wahid (GUSDUR). "Berbeda adalah lumrah dan jangan dibikin "kok" repot". Terima kasih...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun