Mohon tunggu...
Dahnial Ilmi
Dahnial Ilmi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

hanya ingin menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Masjid yang Berubah Menjadi Lembaga Keuangan

13 Desember 2013   22:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:57 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah “ritual” unik yang selama ini selalu saya temui setiap akan memulai sholat Jum’at. Di mana sebelum mu’adzin mengumandangkan adzan berdirilah seorang bapak-bapak pengurus Masjid membacakan laporan keuangan kas Masjid. Melaporkan kepada jama’ah yang hadir mengenai sejauh mana pembangunan Masjid, asal usul dana, surplus minus keuangan, dan masalah uang lainnya yang sebenarnya menurut saya tidaklah dipentingkan untuk dilaporkan saat itu kepada jama’ah. Karena sesungguhnya kehadiran para jama’ah di Masjid tersebut bukanlah untuk menghadiri acara pelaporan LPJ, melainkan untuk beribadah.

Memang hampir di setiap Masjid yang pernah saya singgahi untuk melaksankan sholat Jum’at dan sholat Ied khususnya selalu melaporkan kondisi keuangan dan pembangunan Masjid. Namun sama sekali tidak pernah ada yang melaporkan tentang bagaimana kondisi jama’ah di Masjid tersebut. Bukankah seharusnya fungsi Masjid itu sebagai tempat ibadah dan kontrol sosial masyarakat terkhusus masyarakat yang terdapat di sekitar Masjid? Lalu kenapa tidak ada laporan mengenai bagaimana kondisi jema’ah di Masjid tersebut? Berapa banyak masyarakat yang sholat berjama’ah ke Masjid, bagaimana pembinaan jama’ah, bagaimana kegiatan majelis ilmu, majelis pengajian, dan seberapa kuat Masjid tersebut menjadi pusat da’wah di tengah masyarakat? Kenapa tidak ada laporan mengenai peranan dan fungsi Masjid seperti yang yang seharusnya?

Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjama’ah. Menilik pada sejarah, di masa Rasulullah dulu Masjid juga digunakan untuk berdzikir, i’tikaf, digunakan untuk kepentingan sosial, sebagai tempat belajar, musyawarah, dan lain sebagainya. Namun seiring perjalanan sejarahnya Masjid telah berkembang sangat pesat, saking pesatnya bisa kita lihat di mana-mana umat Islam berlomba-lomba membangun Masjid, bermegah-megahan dalam membangunnya, namun pada akhirnya Masjid yang megah itu nantinya tidaklah digunakan sebagaimana mestinya serta kehilangan peran dan fungsinya bagi masyarakat. Apa mungkin fenomena ini disebabkan oleh kesalahan persepsi terhadap perintah untuk memakmurkan Masjid?

Memang benar salah satu indikator dari memakmurkan Masjid adalah dengan membangun Masjid. Tapi sebenarnya, inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan shalat berjama’ah, yang merupakan salah satu syi’ar Islam terbesar, bukan malah berlomba-lomba memegahkan bangunan Masjid. Shalat berjama’ah merupakan indikator utama keberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid. Jadi keberhasilan dan kekurang-berhasilan kita dalam memakmurkan Masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat dalam menegakkan shalat berjama’ah. Selanjutnya barulah pengembangannya, yaitu menjalankan fungsi Masjid tersebut sebagai pusat kontrol sosial masyarakat di sekitarnya.

Namun bukan berarti pula saya menentang perlombaan bermegah-megah dalam membangun Masjid. Hal itu tentulah tidak salah dan tidak pula ada larangannya. Namun ada baiknya kemegahan Masjid tersebut diiringi dengan kemegahan jama’ah Masjid. Pada banyak kasus yang terjadi sekarang banyak Masjid yang bangunannya megah tetapi Masjid tersebut hanya menjadi pajangan dan tidak digunakan sebagaimana mestinya. Pernah dalam suatu perjalanan saya hendak menunaikan ibadah sholat zuhur, ketika menemukan sebuah Masjid di pinggir jalan yang lumayan besar dan bagus tetapi pagarnya dikunci dengan gembok besar. Terpaksa saya menunda sholat dan melanjutkan perjalanan berharap pada Masjid yang lain nantinya. Namun hal yang sama juga saya temui pada Masjid-Masjid berikutnya. Hingga pada akhirnya saya menemukan sebuah Mushola kecil yang kebetulan tidak terkunci. Meski sajadahnya banyak yang berdebu, di sanalah saya sholat dan istirahat sejenak melepas lelah. Jadi, apa gunanya bermegah-megah membangun Masjid toh kalau pada akhirnya hanya menjadi pajangan? Dan ketika ada sekelompok orang yang hendak menumpang berda’wah dan menghidupkan Masjid tersebut malah diusir dengan alasan takut Masjidnya jadi kotor.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun