Mohon tunggu...
Dahlia Silitonga
Dahlia Silitonga Mohon Tunggu... Guru - Senang belajar dan menulis

Anak pertama dari 4 bersaudara, sayang keluarga, senang jalan jalan, menulis dan bernyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mendaki Gunung Papandayan

29 Desember 2024   12:50 Diperbarui: 29 Desember 2024   12:50 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Hari kedua di Garut, kami pergi berlibur ke kawasan wisata gunung papandayan. Dari kota garut, kami menaiki transportasi umum helmet, sejenis mini bus menuju desa cisurupan. Desa Cisurupan merupakan pintu gerbang gunung papandayan.

Setibanya di desa cisurupan, kami melanjutkan perjalanan menuju gunung papandayan dengan berkendara motor. Harga persewa per orang sebesar lima puluh ribu rupiah untuk sekali jalan. Kami menaiki sejenis motor gunung dengan roda bergerigi. Perjalanan sejauh sembilan km berkelok-kelok menaiki gunung papandayan.

Akhirnya kami pun tiba di gerbang masuk kawasan wisata gunung papandayan. Harga tiket masuk sebesar tiga puluh tujuh ribu lima ratus rupiah. Tampak motor mengantri menunggu giliran masuk.

Tak jauh dari pintu gerbang, akhirnya kami pun tiba di kawasan wisata gunung papandayan. Kami beristirahat sejenak menunggu hujan berhenti agar bisa melanjutkan perjalanan pendakian. Kami memilih berjalan kaki ketimbang naik motor menuju kawah gunung papandayan.

Selangkah demi selangkah, kami menaiki gunung papandayan. Sesama pendaki, kami saling memberi semangat. Perjalanan pendakian hingga tiba di pos tujuh kawah memakan waktu satu setengah jam dengan berjalan santai.

Setiap pos perhentian, kami beristirahat untuk mengumpulkan tenaga berjalan bersama pendaki lain. Ada tempat menjajakan makan minum yang tersedia.

Pos tertinggi adalah pos sepuluh tetapi tujuan kami adalah hanya ingin melihat kawah gunung papandayan pada pos tujuh. Kami berhasil mencapai tujuan itu bahkan hingga menatap kesunyian kawasan hutan mati yang berada di atas pos tujuh. 

Hutah mati merupakan sekelompok tumbuhan kering yang tak bernyawa, dan diselimuti kabut putih gunung. Tanahnya berwarna putih asap. Tak ada satu pun tanaman hidup. Udara terasa sangat dingin menusuk tulang.

Mencapai tujuan itu ibarat mendaki gunung. Tak mudah menyerah mencapai tujuan. Selalu bersemangat karena mendapatkan dukungan dari keluarga dan diri sendiri. Saya amat bersyukur bisa berdiri ditengah hamparan hutan mati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun