Saat matahari mulai menampakkan diri, saya dan seorang anak kecil bernama Icel hendak berjalan-jaln pagi menyusuri persawahan. Kami berangkat dengan penuh sukacita. Lalu kami menyebrang jalan menuju persawahan hingga melewati jalan setapak ke pertengahan sawah.
Icel memanggilku Ibu Guru. Sebuah panggilan mulia dari lidah seorang anak usia sekolah TK. Bagiku mendapatkan panggilan Bu Guru menyandang tanggung jawab dan belajar menjadi teladan. Aku tak pernah melarang Icel memanggilku Bu Guru.
Sepanjang jalan setapak di tengah sawah, Icel mengatakan melihat keong dan dia tahu betul benda berwarna merah muda yang menempel pada batang tanaman padi muda adalah telur keong mas di sawah. Icel menunjukkan padaku telur keong mas yang warnanya amat memikat merah muda dan putih. Dari penjelasan Icel, aku mengenal telur keong mas sawah.
Kami berdua melihat dari dekat telur keong mas yang banyak menempel pada batang tanaman padi. Kemudian aku merusak telur keong mas pink tersebut, bagiku telur-telur keong mas itu adalah hama tanaman padi. Icel mengikuti tindakanku. Dengan berlari, dia membawa tongkat dan ikut merusak telur keong mas yang menempel pada batang tanaman padi.
Kami hanya bisa menjangkau telur-telur keong mas yang dekat dari jangkauan telapak tangan dan dengan sebuah tongkat berukuran pendek. Ada sekitar sepuluh koloni telur keong mas yang telah kami hancurkan. Rasanya seperti memegang butiran pasir
Telur keong mas merupakan hama bagi tanaman padi. Keong mas yang bertelur dalam jumlah yang banyak akan mengancam pertumbuhan tanaman padi muda. Karena itu, menghancurkan telur-telur keong mas sebelum berkembang menjadi keong mas dengan cara fisik maupun pestisida amat diperlukan.
Sungguh pengalaman tak terduga yang awalnya hanya ingin berjalan kaki supaya badan sehat malah berganti menjadi penghancur hama keong mas sawah. Di tengah persawahan inilah, aku mendengar lantunan paduan suara binatang sawah menyambut hari yang baru. Merdu, memikat dan berirama. Akhirnya, aku memutuskan membuat video paduan suara lagu binatang sawah hehe..
Kami pulang ke rumah dengan melalui jalan yang sama ketika berangkat. Rasa lelah terbayarkan memandang indahnya pantulan sinar matahari pagi di atas permukaan sawah. Icel merasa amat senang dan memintaku berjalan-jalan ke sawah lagi besok hari.Â
Semoga cuaca bersahabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H