Sebagai seorang lulusan sekolah negeri dari tingkat sekolah dasar hingga bangku kuliah, saya cukup terenyuh membaca berbagai artikel penerimaan siswa baru atau PPDB. Ada yang sampai rela memalsukan dokumen kartu keluarga, masuk dengan jalur siluman hanya demi bisa diterima masuk ke sekolah negeri favorit. Sistem zonasi masuk sekolah menjadi biangnya. Dahulu, sistem zonasi tidak dikenal. Siapa yang nilainya baik dan berprestasi bisa masuk ke jenjang sekolah lanjutan tanpa sistem zonasi.
Sekarang, nilai integritas baik sekolah dan orangtua dipertanyakan. Kita mau memasukkan anak kita ke sekolah terbaik tentu caranya harus baik pula. Kita mengajarkan anak-anak untuk jujur dan bertanggung jawab. Praktik perilaku kita memasukkan anak dengan cara curang jauh dari apa yang kita ajarkan.
Apa yang kita harapkan anak-anak masuk.ke sekolah negeri favorit? Tentunya, kita mau mereka menjadi orang yang berhasil  di hari depan. Perilaku kita sebagai orangtua menjadi cerminan mau jadi seperti apa anak-anak kita kelak.Â
Sekolah itu bukan tempat mencetak nilai bagus di atas kertas tetapi menyiapkan anak didik menjadi manusia yang berbudi pekerti dan cerdas. Ruang kelas sesungguhnya mengajarkan nilai-nilai integritas yang menjadi identitas generasi unggul Indonesia. Mencetak lulusan tanpa karakter yang baik tak lebih seperti memproduksi barang dalam jumlah yang besar.
Bukan dimana anak bersekolah yang menentukan keberhasilan tetapi kualitas anak yang diajarkan orangtua, dan sekolah adalah buah yang akan menentukan seperti apa anak itu berkarakter. Makanya jadilah, orangtua yang berintegritas. Keteladanan itulah yang ditiru oleh anak-anak.
Saya cukup beruntung, tidak hidup pada zaman zonasi. Saya bisa bersekolah negeri walaupun bukan masuk sekolah favorit. Saya bersyukur lulus dengan nilai baik dan mengecap pendidikan yang belum tentu semua anak mendapatkan kesempatan serupa. Bersyukur merupakan gaya hidup sederhana yang perlu dilatih.
Saya berharap penerimaan siswa baru semua sekolah pada gelombang kedua mendatang menjadi lebih baik supaya outputnya pun baik.Â
Mari tuliskan pengalamanmu mengikuti PPDB gelombang pertama!
Terima kasih telah berkunjung, rekan-rekan.
 Salam Literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H