Buku berjudul "Menumbuhkan Sikap Religius Anak-Anak", karangan Y.B. Mangunwijaya yang sedang ku baca selama bulan Ramadhan. Buku yang kata pengantarnya ditulis oleh almarhum Gusdur. Kata pengantar yang dimulai dengan sebuah pertanyaan retorika yang diikuti dengan tulisan paragraf mendalam mengenai hakikat agama dan penerapan konkrit religiositas.
Secara garis besar buku ini terdiri dari tujuh bab dimulai dari bab pertama religiositas, tanah-tumbuh sikap religius, suasana kepercayaan dalam dialog, membina pencitraan Tuhan yang benar, pemaduan hati nurani anak, kesatria di hadapan Tuhan dan manusia, dan bab terakhir anak milik Tuhan.
Penulis buku ini memulai dengan ilustrasi menarik bahwa alam yang indah merupakan lorong atau jejak yang membawa anak-anak merasakan kehadiran dan kebesaran Allah.
Pada dasarnya manusia beragama berbeda sengan manusia yang religius. Agama lebih merujuk kepada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dalam aspek aturan, hukun, kitab dll. Religiositas lebih melihat aspek di dalam lubuk hati, hati nurani, sikap personal yang merupakan totalitas kedalaman pribadi manusia.
Sikap religius haruslah benar-benar diperhatikan mengingat pluralisme iklim masyarakat Indonesia yang kolektif, kegotong royongan dan kepribadian yang cenderung individualis. Sikap religius haruslah ditumbuhkan dari jiwa yang religius.
Demikianlah kita semua hendaknya menjadi manusia yang religius, sepantasnya memiliki agama tetapi yang amat menentukan adalah kualitas diri kita masing-masing adalah tingkatan nilai religius yang terpancar dari jiwa yang religius. Maka pendidikan religius kepada anak-anak haruslah dimulai dari rumah dengan pendidikan menghargai serta bertanggung jawab terhadap hal keseharian.
Buku ini juga bisa menjadi referensi baik bagi para orangtua dalam memandu anak-anaknya menjadi manusia yang religius. Orangtua adalah pendidik teladan pertama bagi anak-anak. Sikap religius anak-anak ditentukan dari teladan orangtua yang dilihat karena citra anak tentang Tuhan datang dari orang yang ia percayai. Allah yang penuh kasih dan penyayang.
Dialog antara anak dan orangtua menjadi kunci. Melalui dialog dalam peristiwa sehari-hari menjadi jalan orangtua bagaimana menumbuhkan, menanam, dan mematangkan cita rasa religiositas dan terlebih melatih kepekaan solider terhadap penderitaan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H