Mohon tunggu...
Dahlia Silitonga
Dahlia Silitonga Mohon Tunggu... Guru - Senang belajar dan menulis

Anak pertama dari 4 bersaudara, sayang keluarga, senang jalan jalan, menulis dan bernyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengapa Perlu Inovasi Malaria?

7 Juli 2022   11:00 Diperbarui: 7 Juli 2022   11:10 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malaria Backbone (Dokpri)

Hari Senin pada tanggal 04 Juli 2022 diadakan Webinar Inovasi Malaria sejalan dengan tema Hari Malaria se-dunia bulan April 2022. Webinar ini didukung oleh WHO, NU dan berbagai kabupaten/kota dari seluruh Indonesia.  Webinar Inovasi Malaria dibuka dengan resmi oleh Bapak Dirjen P2P Kementerian Kesehatan dan dilanjutkan dengan presentasi dari WHO Malaria Indonesia yang dipandu oleh ibu Rita. Presentasi ibu Herdiana dibuka dengan mengapa kita memerlukan inovasi malaria?

Menurut data dari World Malaria Report tahun 2021, kecenderungan angka API tahun 2021 menunjukkan penurunan hingga 2,9 per 1,000 penduduk di dunia. Karena itu inovasi diperlukan untuk semakin menurunkan angka insidensi kasus malaria menuju eliminasi malaria pada tahun 2030 di Indonesia. Eliminasi malaria bisa tercapai jika didukung oleh semua individu, organisasi dan masyarakat Indonesia. 

Baseline data SDG 2021 (Dokpri)
Baseline data SDG 2021 (Dokpri)

Ada tujuh tantangan dalam mencapai eliminasi atau zero malaria di Indonesia, yaitu:

1. Masih ada ancaman pandemi Covid 19 

2. Migrasi parasit plasmodium akibat dari migrasi penduduk yang semakin luas.

3. Resistensi obat malaria terhadap parasit malaria di dunia.

4. Surveilans penyakit malaria (surveilans migrasi) yang perlu ditingkatkan.

5. Invasi Anopheles di perkotaan (An. Stephensi), sampai dengan hari ini belum ditemukan di Indonesia.

6. Pentingnya peran KKP dalam memperhatikan lalu lintas pelabuhan dan bandara sebagai pintu masuk perpindahan penduduk.

7. Pendanaan yang melibatkan stakeholder atau pemerintah setempat dan tidak bergantung kepada donor.

Beberapa poin inovasi malaria yang dicatat oleh penulis:

1. Penggunaan Ivermectin, artinya manusia sebagai vektor kontrol dengan memakan tablet obat anti parasit.

2. Species baru dengan habitat di perkotaan, An. Stephensi dimana baru ditemukan di negara Afrika.

3. Pemanfaatan drone untuk kegiatan foci mapping yang sudah dilakukan di desa terpencil Tanzania.

4. Intervensi Public Health yang disarankan WHO untuk kegiatan MBS minimal 80% target sasaran maka sebaiknya dilakukan bukan disaat jam kerja penduduk setempat.

5. Gene drive, mengubah DNA nyamuk yang dilakukan BATAN. Nyamuk dewasa ditangkap, dipelihara, dibedah dan diteliti DNA.

6. Riset mengenai intervensi manajemen lingkungan yang masih diakui rendah kepercayaannya oleh WHO.

7. Perkembangan vaksin malaria yang menjanjikan.

8. Malakit untuk kader malaria di desa.

Drone (Dokpri)
Drone (Dokpri)

Webinar eliminasi malaria selain mengenai inovasi malaria juga dilanjutkan dengan paparan presentasi dari Lembaga kesehatan perwakilan wilayah NU (LKPWNU) Provinsi Kalimantan mengenai strategi cepat penguatan sistem kesehatan khususnya di Kalimantan, misalnya sistem diagnosa malaria dsb.

Contoh implementasi penerapan pencegahan malaria dari kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Pemberdayaan masyarakat membangun drainase dengan menggunakan dana desa.

Tak kalah pentingnya, peran pendidikan dalam meraih tujuan eliminasi malaria. Kunci penelitian dari masing-masing isu terkini selaras dengan fase perkembangan Eliminasi Malaria.

Malaria Backbone (Dokpri)
Malaria Backbone (Dokpri)

Tulisan ini dibuat sebagai rangkuman dari webinar Inovasi Malaria, 04 Juli 2022.

Penulis,

Dahlia Lidia Silitonga, SKM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun