Mohon tunggu...
DAHLIA PURNAMASARI UINJKT
DAHLIA PURNAMASARI UINJKT Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Dahlia purnamasari. Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Book

Diskriminasi dalam Novel Anak Semua Bangsa Karya Pramoedya Ananta Toer

15 Mei 2023   13:47 Diperbarui: 15 Mei 2023   13:57 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SMK Wiyatamandala Bakti

Novel Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer adalah Novel kedua dari tetralogi Pulau Buru. Tiga novel lainnya adalah Bumi Manusia, rumah kaca dan jejak Langkah. Peristiwa novel ini terjadi pada awal abad ke-20. Novel ini tentang Minke seorang pemuda yang berduka setelah menerima kabar bahwa istrinya Annelies meninggal di Belanda. 

Novel ini menggambarkan kondisi rakyat Indonesia yang menderita karena kekejaman Belanda ketika sistem tanam paksa diperkenalkan. Penjajah yang kemudian menghasilkan tanaman mereka disediakan gratis Pabrik gula yang dibangun orang Eropa, bukan sekadar ekonomi paksa para penjajah Mereka juga menyita semua harta mereka, bahkan istri dan anak-anak mereka.

Novel kedua ini pada dasarnya adalah analisis kritis tentang apa itu kehidupan yang menyedihkan dari begitu banyak orang, digambarkan secara luas dan mendasar prinsip kebangkitan awal negara-negara kolonial abad ke-20. Lahirnya pikiran-pikiran baru dalam gelombang perubahan itu memberikan daya saran yang kuat pada gerak pikir Minke. Minke tidak lagi melihat lingkungannya hanya dalam ruang lingkup yang terbatas yang hanya dibatasi oleh kelemahan pribadi.

Novel ini banyak bercerita tentang masalah diskriminasi terhadap bangsa Indonesia oleh para penjajah. Baik diskriminasi langsung maupun tidak langsung. Novel ini dapat dikatakan sebagai novel yang menampilkan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan. Terutama pada masa penjajahan Belanda. Dalam hal ini bukan tentang melepaskan amarah dan perasaan (dendam) masa lalu, tetapi tentang pemahaman sejarah dan optimisme untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang maju di segala bidang. Bahkan, diskriminasi oleh penguasa dan tertindas sering terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Munculnya konsep diskriminasi lemah tidak terlepas dari adanya gerakan ketidakadilan. Diskriminasi dalam novel Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer tercermin dalam gambaran betapa rakyat pribumi menderita dan jatuh karena kekejaman yang dilakukan oleh penjajah Belanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun