Mohon tunggu...
Dahlia Harisuwarna
Dahlia Harisuwarna Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

hobi saya mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Daya Tarik Lawang Sewu sebagai Ikon Wisata Bersejarah dengan Bangunan Khas Kolonial Belanda di Kota Semarang

8 Januari 2024   17:27 Diperbarui: 8 Januari 2024   17:28 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lawang Sewu. Sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia ketika mendengar kata Lawang Sewu. Siapa sih yang tidak tahu dengan bangunan yang satu ini. Bangunan yang berdiri sejak zaman Belanda dan mejadi salah ikon menarik yang terletak di Kota Semarang.

Lawang sewu merupakan salah satu bangunan peninggalan Belanda yang terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah, tepatnya terletak di sudut Jalan Pandanaran dan Jalan Pemuda. Bangunan Lawang Sewu menghadap ke arah Tugu Muda. Pada zaman Belanda, Lawang Sewu, digunakan sebagai kantor pusat perusahaan kereta api pertama Hindia-Belanda Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Karena merupakan bangunan tua dan sempat tidak terawat, banyak masyarakat yang beranggapan jika Lawang Sewu merupakan tempat yang angker dan mistis. Hingga pada akhirnya PT. Kereta Api Indonesia (KAI) membenahi, dibantu masyarakat yang memiliki kepedulian untuk turut serta membantu dan berpartisipasi merenovasi, serta menjaga bangunan tersebut.

Gedung Lawang Sewu beralih fungsi beberapa kali. Pada tahun 1907 bulan Juli digunakan sebagai Kantor Pusat Administrasi NIS. Pada tahun 1942-1945 Lawang Sewu diambil alih oleh Jepang dan digunakan sebagai Kantor Riyuku Sokyoku (Jawatan Transportasi Jepang). Di tahun 1945 menjadi Kantor DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia). Tahun 1946 dipergunakan sebagai markas tentara Belanda sehingga kegiatan perkantoran DKARI pindah ke bekas kantor de zustermaatschappijen. Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia tahun 1949 digunakan Kodam IV Diponegoro, dan pada tahun 1994 gedung ini diserahkan kembali kepada kereta api (Perumka) kemudian statusnya berubah menjadi PT KAI (Persero).

Lawang Sewu pantas menjadi salah satu ikon kota, karena sejarah, kualitas, dan tempatnya yang berada di tengah kota. Jika dikaitkan dengan Pertempuran Lima Hari di Semarang, Lawang Sewu memiliki peran yang cukup besar antara lain digunakan untuk markas Angkatan Muda Kereta Api yang juga turut berjuang secara fisik dengan tentara Jepang.

Dalam bahasa Jawa, Lawang Sewu memiliki arti seribu pintu. Diartikan seribu pintu bukan berarti jumlah pintunya yang berjumlah seribu, tetapi hanya sebagai perumpamaan karena banyaknya jendela dan pintu yang terdapat di bangunan ini walaupun jumlahnya tidak menyentuh angka seribu pintu. Sekarang Gedung Lawang Sewu ini digunakan sebagai daya tarik wisata berupa peninggalan sejarah arsitek bangunan kuno dan antik, ruang bawah tanah dan menara informasi, sering pula digunakan sebagai tempat pameran dalam event-event tertentu.

Lawang Sewu terdiri dari empat bangunan. Bangunan utama Lawang Sewu memiliki tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan bagian kiri. Gedung ini sangatlah megah dengan cat tembok berwarna putih menambah jelas kekhasan gedung ala Eropa atau Belanda. Jika memasuki bangunan utama, akan terlihat tangga besar menuju ke arah lantai dua. Saat menaiki anak tangga, terlihat sebuah dinding kaca berukiran indah dan warna-warni. Kaca yang langsung didatangkan dari Belanda ini masih asli dan terawat. Di antara tangga ada kaca besar menunjukkan gambar dua wanita muda Belanda yang terbuat dari gelas. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda.

Bangunan Lawang Sewu sebagai tempat wisata di Kota Semarang sangat cocok karena keindahan tampilan atau gaya bangunannya, lokasinya sertakemegahan bangunannya dan juga nilai sejarahnya. Ditilik dari arsitektur gaya bangunannya Lawang Sewu merupakan suatu bukti transisi  gaya  klasik  Eropa  yang  dibawa  Belanda  yang  kemudian  mengadopsi  beberapa  unsur lokal untuk menyesuaikan dengan iklim tropisyang ada di Indonesia, yang kemudian kita kenal dengan gaya bangunan atau langgam kolonial. Lawang  Sewu  menggunakan  Gable  /  Gewel  berbentuk  segitiga  pada bagian fasade atau tampak depan bangunan, menggunakan  tower yang dipergunakan  sebagai penampung air pada bagian depan samping bangunan, menggunakan jendela pada bagian atap bangunan atau disebut dormer yang mempunyai atap atau penutup tersendiri yang terhubung dengan atap bangunan, perancangan  denah  bangunan  yang simetris ( teratur dengan kesamaan dimensi dan seimbang ) baik untuk denah lantai satu maupun lantai diatasnya, penutup   atap   bangunan   dengan kemiringan yang cukup tajam ( 45 hingga  60 ) berbentuk pelana dan limasan, pilar pilar bergaya eropa yang masif dan menonjol secara tampilan di serambi atau teras atau balkon pada bagian depan, samping dan belakang bangunan.

Lawang Sewu juga memiliki ruang bawah tanah. Di masa lampau, ruangan yang semula berfungsi sebagai saluran pembuangan air ini pernah dijadikan sebagai penjara. Saat akan memasuki ruang bawah tanah, pengunjung dapat memabaca larangan untuk melakukan segala aktivitas berbau mistis. Untuk menelusuri ruangan bawah tanah ini, Anda perlu menerobos genangan air yang cukup tinggi.

Lawang Sewu, juga memiliki gedung lain berukuran lebih kecil yang difungsikan sebagai museum kereta api. Saat memasuki gedung ini, pengunjung dapat membaca tulisan mengenai sejarah bangunan Lawang Sewu. Gedung ini memiliki beberapa ruangan. Ruangan utama gedung dijadikan sebagai tempat untuk memamerkan sejumlah foto berukuran besar serta peralatan untuk mengatur jalur kereta api di masa Belanda.

Biaya yang harus dikeluarkan oleh wisatawan untuk memasuki Lawang Sewu sebesar Rp. 20.000 untuk dewasa, Rp. 10.000 untuk anak-anak, dan Rp. 30.000 untuk wisatawan mancanegara. Wisatawan bisa berkunjung setiap hari pada jam 08.00 WIB-17.00 WIB saat weekdays dan jam 08.00 WIB-20.00 WIB. Beberapa kegiatan menarik yang dapat dilakukan di Lawang Sewu, antara lain mengambil foto dengan background arsitektur kuno, menyewa dan berfoto menggunakan kostum belanda, serta berkeliling museum dan mempelajari sejarah kereta api. Pihak pengelola lawang sewu menyediakan beberapa fasilitas diantaranya mushola, toilet, food court, dan toko oleh-oleh. Tujuan melakukan kunjungan sejarah ke lawang sewu untuk mengorek cerita sejarah lawang sewu zaman dahulu dengan adanya kunjungan ke lawang sewu ini, kami dapat mengetahui bukti salah satu peninggalan belanda beserta sejarahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun