Ramadan tahun 2020 dimulai pada tanggal 24 April 2020 di tengah masa pandemi Covid-19. Jakarta berada dalam masa Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) yang ketat. Sesuai ketentuan pemberlakuan masa PSBB, warga ibu kota tak diperbolehkan berkegiatan di luar rumah. Oleh karena itu, buka puasa, sahur, Tarawih, hingga salat harian harus dilakukan di rumah. Masyarakat pun harus menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah  penyebaran Covid-19.
Suasana malam Ramadan ketika itu benar-benar menyedihkan karena hanya ada suara Azan yang terdengar dari masjid, tidak ada suara orang mengaji, suara imam yang memimpin salat Tarawih, suara ustaz memberikan ceramah, dan suara anak-anak yang bermain usai salat Tarawih. Tidak terlihat orang yang berbondong-bondong menuju masjid untuk menunaikan salat wajib maupun salat Tarawih.Â
Masjid yang besar di dekat rumah tampak kesepian, bahkan pagarnya dikunci. Tidak ada ibu-ibu yang sibuk menyiapkan makanan berbuka bagi orang-orang yang datang ke masjid dan antre untuk mendapatkan takjil. Sepi dan muram wajah masjid besar itu.
Biasanya menjelang berbuka puasa, di pinggir jalan besar, banyak orang berjualan takjil atau makanan untuk berbuka. Suasananya ramai dan menyenangkan. Orang sibuk mencari makanan atau minuman kesukaannya, ada yang jalan kaki, naik motor ataupun naik mobil. Jalan besar itu penuh dengan orang berjualan, orang yang berbelanja, dan kendaraan. Memang terdengar riuh suaranya tapi bagi kami, saya dan keluarga, suasana itu menyenangkan dan membahagiakan. Kami senang sekadar berjalan-jalan menikmati suasananya dan sering juga ikut berburu takjil kesukaan kami. Namun, di bulan Ramadan tahun 2020 kami kehilangan keriuhan itu. Benar-benar suasana yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Suasana menjelang sahur pun sepi Biasanya, suara anak-anak yang berkeliling membangunkan orang sahur ramai bersahut-sahutan. Kadang suaranya sangat  mengganggu kenyamanan, tetapi suasana pun terasa berbeda saat suara mereka tidak terdengar.
Di akhir bulan Ramadan, yaitu pada malam takbiran boleh jadi malam yang ditunggu umat muslim. Setelah satu bulan menjalankan ibadah puasa, umat muslim bersiap menyambut hari raya Idulfitri. Namun, pandemi Covid-19 membuat suasana malam takbiran tak seperti tahun sebelumnya. Biasanya, jalanan Jakarta tak pernah sepi dari takbir keliling menyambut Idulfitri. Saat itu rutinitas tahunan  tak ditemui.
Pada hari raya Idulfitri, salat Id pun dilaksanakan di rumah masing-masing. Tidak ada suasana syahdu ketika selesai salat di masjid semua saling bersalaman satu sama lain sebelum pulang ke rumah masing-masing. Silaturahmi dan saling bermaafan dengan keluarga dan teman hanya bisa dilakukan lewat Zoom, tidak ada saling mengunjungi dan saling bersalaman.
Hal yang menyenangkan terjadi pada Ramadan tahun 2021 yang dimulai pada tanggal 24 April 2021, masih di tengah suasana pandemi Covid-19. Walau masyarakat masih diminta untuk melakukan protokol kesehatan dengan menjaga jarak, memakai masker, dan sering mencuci tangan, salat Tarawih berjemaah di masjid sudah diperbolehkan. Kemeriahan suasana Ramadan yang kami rindukan sudah mulai kembali. Kebetulan rumah kami dikelilingi oleh beberapa masjid sehingga keramaian  di masjid benar-benar memberikan suasana yang berbeda dari malam-malam di bulan lain.Â
Suara anak-anak yang membangunkan sahur pun sudah kembali ramai dan masih tetap mengganggu, tetapi entah kenapa menjadi sesuatu yang kami rindukan. Dan yang menyenangkan, keramaian orang-orang yang berjualan takjil dan aneka makanan berbuka sudah kembali juga, walau sekarang  semua wajah harus tertutup masker.Â
Semoga nanti malam takbiran dan salat Idulfitri juga sudah bisa dilakukan secara normal, walau tetap menjaga protokol kesehatan buat keselamatan bersama.Â
Suasana Ramadan yang kami rindukan setahun lalu, kini mulai kembali. Ya Allah, hilangkan pandemi Covid-19 ini dari kami sehingga kami bisa kembali beraktivitas secara normal, Aamiin.