"Kamu hebat " bisik akal
"...kenapa?" Lirih hati.
"Kau menyelamatkan dua orang, dirimu dan dirinya."
"....." hati menghela nafas yg sangat berat.
"...kau harus memikirkan ku juga, sekali kali gunakan diriku. Aku tersiksa setiap kali kau buta. Aku tersiksa"
"...kau tau, rasanya aku ingin membunuhmu setiap kali seperti ini. Tapi raga ini, pemilik raga ini masih punya tugas yg harus ia lakukan di dunia ini. Ia masih memerlukan perasaan dan logika. Kau dan aku!" Â Lanjut akal.
"Bantu aku" sergah hati
"Aku selalu membantu mu menafikan realitas, tapi kau selalu menggunakan perasaamu. Cintamu. Kini, terlanjur, telan saja pahit itu. Telan saja buta mu itu, aku lelah...sukai kesementaraan itu."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H