Mohon tunggu...
Dafit Zuhendra
Dafit Zuhendra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Potensi Batu Bara Sebagai Alternatif Ketersediaan Listrik Nasional

5 Agustus 2017   14:07 Diperbarui: 5 Agustus 2017   14:09 1654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa cadangan batubara di dunia saat ini masih sangat melimpah. Terhitung pada tahun 1990, jumlah cadangan batubara dunia diperkirakan mencapai 1.079 milyar ton. Tentunya kondisi ini bisa diandalkan sebagai sumber energi dunia hingga lebih dari 230 tahun, bahkan diperkirakan dapat mencapai hingga 300 tahun mendatang.

Untuk PLTU saja, kebutuhan batubara mencapai 87,7 juta ton. Seiring dengan pembangunan program ketenagalistrikan 35.000 MW, kebutuhan batubara diperkirakan meningkat menjadi 166,2 juta ton pada tahun 2019. Namun tak perlu khawatir, Negara kita (Indonesia) adalah salah satu penghasil batubara dunia yang memiliki cadangan batubara hingga 32,3 milyar ton.

Tentunya,  dengan cadangan sebesar itu bisa menjadi andalan tambahan energi yang sangat vital untuk negara kita. Ditambah lagi, biaya operasi PLTU batubara 30 lebih rendah dibandingkan sistim pembangkit listrik yang lain.

Meskipun batubara termasuk sumber energi tak terbarukan, namun perlu diketahui, batu bara bisa menjadi salah satu alternatif sumber energi listrik paling murah, ketimbang menggunakan minyak atau gas. Kenapa demikian? Ya, batu bara dianggap mampu menutup kerugian yang didera PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) hingga 35 persen daripada penggunaan gas dan geotermal. Hal ini diutarakan Supriatna Suhala Direktur Eksekutif Indonesia Coal Mining Association (CMA) yang dilansir metrotvnews.com (22 Mar 2017).

antarakalsel.com
antarakalsel.com
Khususnya di kawasan Asia, bisnis batu bara memiliki prospek yang bagus lantaran sumber mineral ini masih diminati. Maka dari itu, Negara di Asia tidak mungkin gunakan yang lain, selain batu bara dan minyak. Ketimbang  memakai gas yang harus dicairkan dulu dan prosesnya lama. Terlebih lagi, di negara Asia tidak mungkin pakai pipa kecuali negara tertentu.  

Untuk abu sisa pembakaran batu bara asal Indonesia hanya menyisakan lima persen emisi. Jauh berbeda dengan emisi batu bara asal Tiongkok yang mencapai 30 persen. Bahkan, saat ini, sebagian PLTU yang sudah beroperasi di Indonesia sekarang telah menggunakan Clean Coal Technology (CCT) alias teknologi batu bara bersih yang menjadi masa depan kelistrikan Indonesia.

Meski CCT tidak sepenuhnya menghilangkan emisi menjadi nol atau mendekati nol, namun yang jelas emisi yang dihasilkan lebih sedikit. Jadi sudah jelas, dengan adanya teknologi tersebut maka emisi yang dihasilkan sangat rendah. Nah, jika semua PLTU sudah beralih ke teknologi yang super critical atau ultra super critical, maka sudah jelas kekhawatiran atas PLTU bisa ditekan. Seperti teknologi yang sudah diterapkan Cirebon Power. Sehingga dengan demikian, untuk mencapai target elektrifikasi dan kesuksesan program listrik 35.000 MW, coal fired power plant adalah sebuah keniscayaan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun