Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa cadangan batubara di dunia saat ini masih sangat melimpah. Terhitung pada tahun 1990, jumlah cadangan batubara dunia diperkirakan mencapai 1.079 milyar ton. Tentunya kondisi ini bisa diandalkan sebagai sumber energi dunia hingga lebih dari 230 tahun, bahkan diperkirakan dapat mencapai hingga 300 tahun mendatang.
Untuk PLTU saja, kebutuhan batubara mencapai 87,7 juta ton. Seiring dengan pembangunan program ketenagalistrikan 35.000 MW, kebutuhan batubara diperkirakan meningkat menjadi 166,2 juta ton pada tahun 2019. Namun tak perlu khawatir, Negara kita (Indonesia) adalah salah satu penghasil batubara dunia yang memiliki cadangan batubara hingga 32,3 milyar ton.
Tentunya, Â dengan cadangan sebesar itu bisa menjadi andalan tambahan energi yang sangat vital untuk negara kita. Ditambah lagi, biaya operasi PLTU batubara 30 lebih rendah dibandingkan sistim pembangkit listrik yang lain.
Meskipun batubara termasuk sumber energi tak terbarukan, namun perlu diketahui, batu bara bisa menjadi salah satu alternatif sumber energi listrik paling murah, ketimbang menggunakan minyak atau gas. Kenapa demikian? Ya, batu bara dianggap mampu menutup kerugian yang didera PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) hingga 35 persen daripada penggunaan gas dan geotermal. Hal ini diutarakan Supriatna Suhala Direktur Eksekutif Indonesia Coal Mining Association (CMA) yang dilansir metrotvnews.com (22 Mar 2017).
Untuk abu sisa pembakaran batu bara asal Indonesia hanya menyisakan lima persen emisi. Jauh berbeda dengan emisi batu bara asal Tiongkok yang mencapai 30 persen. Bahkan, saat ini, sebagian PLTU yang sudah beroperasi di Indonesia sekarang telah menggunakan Clean Coal Technology (CCT) alias teknologi batu bara bersih yang menjadi masa depan kelistrikan Indonesia.
Meski CCT tidak sepenuhnya menghilangkan emisi menjadi nol atau mendekati nol, namun yang jelas emisi yang dihasilkan lebih sedikit. Jadi sudah jelas, dengan adanya teknologi tersebut maka emisi yang dihasilkan sangat rendah. Nah, jika semua PLTU sudah beralih ke teknologi yang super critical atau ultra super critical, maka sudah jelas kekhawatiran atas PLTU bisa ditekan. Seperti teknologi yang sudah diterapkan Cirebon Power. Sehingga dengan demikian, untuk mencapai target elektrifikasi dan kesuksesan program listrik 35.000 MW, coal fired power plant adalah sebuah keniscayaan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H