Mohon tunggu...
Dafinia N
Dafinia N Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Goa Jorongan Saksi Bisu Jejak Heroik Laskar Pangeran Diponegoro

24 Januari 2025   13:49 Diperbarui: 24 Januari 2025   13:49 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi (A. Fachrizal)

Goa Jorongan, sebuah tempat bersejarah di Desa Sugeng, Kecamatan Trawas, Mojokerto, menyimpan kisah perjuangan Laskar Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda pada abad ke-19. Goa ini menjadi saksi bisu pelarian dan perlawanan heroik para pejuang yang terus dikenang hingga kini.

Menurut cerita warga setempat, Pangeran Diponegoro bersama laskar setianya tiba di daerah tersebut pada tahun 1865 saat melarikan diri dari kejaran pasukan Belanda. Tiga pemimpin laskar, yakni Ki Danu Rejo, Ki Abdul Jalil, dan Ki Abdul Rochim, berperan penting dalam perjalanan ini. Ki Danu Rejo memilih menetap di wilayah tersebut dan dikenal sebagai tokoh masyarakat dengan julukan Sunan Pangkat. Sementara itu, Ki Abdul Jalil dan Ki Abdul Rochim melanjutkan perjalanan menuju lembah lereng Gunung Penanggungan, mengumpulkan para laskar yang masih bertahan, dan bersembunyi di Goa Jorongan.

Goa ini menjadi tempat perlindungan aman bagi laskar Pangeran Diponegoro, yang bersembunyi di dalamnya selama berhari-hari untuk menghindari pengepungan Belanda. Nama Desa Sugeng, yang berarti "selamat," konon diberikan sebagai simbol keselamatan mereka yang berhasil bertahan.

Dokumen Pribadi (A. Fachrizal)
Dokumen Pribadi (A. Fachrizal)

Tak hanya menjadi tempat persembunyian, Goa Jorongan juga dikelilingi mitos menarik. Penduduk setempat percaya bahwa selama di sana, para laskar memiliki peliharaan berupa seekor macan putih dan naga. Hingga kini, masyarakat Sugeng terus melestarikan tradisi sedekah bumi sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya. Tradisi ini ditandai dengan pagelaran wayang kulit yang digelar setiap tahun di depan Goa Jorongan.

Goa Jorongan tidak hanya menjadi situs sejarah yang kaya akan nilai heroisme, tetapi juga menjadi pengingat akan semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun