Mohon tunggu...
Dafina DewiPuspasari
Dafina DewiPuspasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta

Penulis mempunyai hobi memasak, bernyanyi dan menjelajahi wisata baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Komunikasi Massa di Era Digital dan Tantangannya

3 Juli 2024   10:17 Diperbarui: 3 Juli 2024   12:55 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunikasi massa menurut Defleur dan McQuail ialah proses dimana komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan secara luas dan terus menerus, menciptakan makna yang seharusnya memengaruhi audiens yang besar dan beragam dengan cara yang berbeda. Di era sekarang ini, cepatnya arus perkembangan teknologi telah merambat hampir ke semua bidang. Seperti apa yang bisa kita rasakan sekarang, perkembangan teknologi ada dimana – mana. Mulai dari kesehatan, transportasi, pendidikan, dan juga bagaimana cara kita mendapatkan informasi melalui media massa.

Pada zaman dulu, orang – orang menerima informasi melalui media cetak berupa koran, majalah, dan tabloid, ataupun media elektronik seperti radio dan televisi. Contoh dari media lama tersebut memiliki karakteristik negatif tersendiri. Seperti dalam produksi media cetak memerlukan waktu yang lama dalam proses pencetakan dan distribusi fisik. Program televisi dan radio pada zaman dulu juga hanya bisa dinikmati pada waktu – waktu tertentu. Tentunya itu membatasi fleksibilitas pada audiens untuk dapat menikmati informasi – informasi yang akan diterima. Media lama juga cenderung bersifat satu arah, dimana audiens hanya bisa menerima suatu informasi, tanpa adanya arus timbal balik (feedback) kepada informasi yang telah disampaikan tersebut. Meskipun terdapat kekurangan fleksibilitas waktu dan kurangnya interaktivitas, media lama ini memainkan peran penting dalam membentuk opini publik dan menyebarkan informasi.

Komunikasi Massa di Era Digital 

Perkembangan era digital telah mengubah lanskap komunikasi massa secara fundamental. Perkembangan ini telah mengubah cara suatu informasi dibuat, didistribusikan, dan dikonsumsi. Peran media massa memiliki kekuatan lebih dalam memengaruhi pemikiran dan perilaku masyarakat. Pada era digital ini lebih membuka peluang masyarakat untuk berpikir secara kritis dalam meninjau informasi apa saja yang mereka terima. Faktor yang mendukung masyarakat dapat berpikir secara kritis, salah satunya ialah luasnya akses informasi yang dapat kita manfaatkan. Kemunculan internet pada era digital ini memudahkan masyarakat mendapatkan keberagaman sumber informasi tanpa adanya hambatan ruang dan waktu seperti dalam media lama. Pesan dan berita – berita terkini dapat menyebar secara cepat melintasi berbagai negara. Hadirnya media sosial juga memungkinkan kita bertukar informasi dengan lebih cepat, interaktif, dan meluas ke seluruh dunia. Meskipun demikian, kemunculan media baru tidak bisa menggeser media lama karena media lama masih memiliki tempat yang penting dalam ekosistem suatu media.

Tantangan Komunikasi Massa dalam Era Digital

Cepatnya laju perkembangan informasi menyulitkan kita untuk memilah dan membedakan antara informasi yang benar dan yang salah. Salah satu tantangan komunikasi massa di era digital ini ialah maraknya berita – berita bohong (hoax) yang bertebaran di media sosial. Seperti contoh, masyarakat Jogja khususnya warga lereng Gunung Merapi dibuat heboh oleh suatu unggahan grup Facebook ‘Info Merapi’ yang mengatakan bahwa Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogja telah menaikan status gunung Merapi menjadi Awas atau Level IV. Pernyataan tersebut segera ditepis oleh Agus Budi Santoso selaku Kepala BPPTKG Jogja. Dilansir dari Detikjogja (1/7/2024), beliau memastikan bahwa unggahan tersebut merupakan berita bohong atau hoax. Hingga saat ini Gunung Merapi masih berstatus siaga atau level III. Beliau juga mengatakan agar tidak asal mengunggah status Gunung Merapi yang bukan berasal dari instansi berwenang agar tidak menyebarkan kepanikan (28/6/2024).

Maraknya berita hoax dalam media baru menyebabkan masyarakat enggan sepenuhnya beralih kepada informasi yang disediakan dalam media sosial. Televisi masih menjadi tahta tertinggi sumber informasi yang paling terpecaya. Media lama termasuk televisi dan surat kabar dianggap lebih meyakinkan karena memiliki standar jurnalisme yang kuat. Berbeda dengan media baru, berita dapat diunggah oleh semua kalangan masyarakat tanpa menggunakan etika – etika profesi jurnalis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun