Tabung, berisi cairan, dan kulit yang terbuat dari plastik. Panggil aku Mr. B. Seringkali aku digunakan untuk membantu manusia ketika dehidrasi sedang melanda. Aku sangat berterima kasih dengan partnerku yang bernama ‘air’. Karena, berkat ialah aku bisa sering berinteraksi dengan manusia. Suatu hal yang sangat tabu ketika benda mati sepertiku bisa berkomunikasi dengan makhluk hidup.
Hari ini tanggal 3 Desember 2011, aku bersama teman – teman yang sejenis denganku sedang nongkrong di salah satu kedai. Bajuku berwarna biru, sedangkan temanku ada yang memakai baju berwarna putih dan topi berwarna biru serta kulitnya yang bersisik seperti ular, dan satunya lagi baju berwarna kuning dengan rambut kuningnya. Hari ini aku sangat senang karena aku bisa bermain tidak hanya dengan teman sejenisku, namun bersama kawan benda mati lain nya. Namun, di sisi lain aku sangat iri dengan teman sejenisku ini. ‘air’ nya teman – temanku sudah habis diminum oleh makhluk hidup di sekitarku untuk. Sedangkan aku? Masih berada di leher. Apa boleh buat, aku harus tidak boleh iri dengan mereka karena mereka teman – temanku. Mungkin ada pertimbangan tertentu dari si makhluk hidup ini ketika mereka tidak memilihku. Mungkin karena aku diletakkan di tengah – tengah (seakan – akan aku dijadikan sebagai rajanya), atau mungkin karena aku yang paling tinggi dibanding yang lain, atau jangan – jangan karena aku dimiliki oleh seorang manusia yang dihormati statusnya. Pusing juga ya mikirin nya, hehehehe. Risih juga sih, kalo si ‘air’ ini selalu menggeliting leherku dengan goyangan – goyangan erotisnya yang disebabkan oleh getaran manusia ketika mereka sedang bergerak. Gerakan ini selalu menyentuh kawanku yang paling besar. Ia digunakan sebagai tempat untuk menaruh kawan – kawan benda matiku yang lain. Sebut saja kawanku ini ‘meja’. Seandainya si ‘meja’ memiliki kaki 16, mungkin ‘air’ tidak akan bisa menggelitikku lagi.
Eh, eh, kabar bagus. Aku digunakan looh. Aku digunakan oleh pemilik dari temanku si kuning. Horeee senagnya, akhirnya si ‘air’ tidak menggelitik leherku lagi. Tapi sekarang malah menggeliat di dadaku. Hemm,, siang hari yang mendung ini mungkin teman – temanku yang berada di luar sana tidak dipakai secara efektif. Biasanya sih spesiesku ini digunakan ketika cuaca sedang panas. Kalo bahasa manusia nya itu “kalo neraka lagi bocor”.
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki hasil minyak bumi tertinggi di dunia. Aku dan teman – teman satu spesiesku yang berada di sekitarku ini terbuat dari plastik. Ironis memang ketika pembuatan aku ini ternyata malah bikin global warming. Mengapa aku bisa berpendapat seperti itu, karena plastik sendiri terbuat dari minyak bumi, atau bisa juga dari pohon yang membusuk. Jika pembuatan spesiesku ini terus diberlakukan, otomatis hasil minyak bumi akan selalu diambil, diambi, dan diambil. Bahkan ada juga yang sengaja untuk membusukkan pohon. Jika seperti itu, otomatis pemanasan global akan selalu bertambah. Khususnya di Indonesia. Aduh, aku bingung sendiri nih jadinya. Soalnya, aku berharap agar spesiesku itu bertambah. Namun, apakah harapan aku ini salah ketika ternyata proses pembuatan spesiesku ini justru malah membuat dunia semakin kacau. Apakah salah jika aku menyalahkan dunia? Seandainya saja aku beserta spesiesku itu bisa seperti makhluk hidup yang bisa mereproduksi dan berkembang biak.
Oh iya, aku berterima kasih kepada seorang manusia bernama Muammar Khadafi. Karena ia telah merepresentasikan semua unek – unek yang ada di pikiranku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H