Halo ceman-cemaaaaan…. Sebelumnya, aku mau ngenalin diriku terlebih dahulu nih kepada kawan-kawan semua. Orang-orang yang berasal dari daerah Sumatera Barat (Padang) seringkali memanggilku dengan nama “piti”. Aku adalah selembar kertas yang bisa menghidupi kelangsungan hidup manusia. Betapa senangnya hatiku, ketika aku tahu bahwa aku dibuat untuk itu semua. Aku senang sekali bisa hidup di dunia yang fana ini, karena semua orang telah membuatku merasakan apa yang mereka rasakan. Tapi nggak tau kenapa, aku suka heran sama orang-orang. Dan seringkali aku bertanya-tanya dengan diriku sendiri, “kok bisa ya semua orang galau karena aku?”. Padahal, aku hanya benda mati yang berkecimpung di bidang ekonomi manusia, dan aku pun ngerasa kalo aku tuh bukan satu-satunya yang harus diperdebatkan. Sesungguhnya masih banyak hal yang lebih penting daripada aku.
Aku memang diinginkan oleh semua orang, tapi aku tidak mau dijadikan kebutuhan oleh para mamalia berakal tersebut. Aku sangat sedih ketika teman-temanku yang sejenis denganku itu digunakan untuk membuat para manusia menjadi krisis pengetahuan. Padahal, aku dan teman-temanku tersebut diciptakan untuk membuat manusia menjadi pintar. Aku sedih dengerin gosip-gosip yang beredar kalo aku telah dibuat gelap oleh para pemerintah negara tempat aku diciptakan. Aku dan teman-temanku senang sekali telah dibuat dengan warna badan yang full color. Ada warna biru muda, biru tua, ungu, hijau, dan merah. Bahkan ada temanku yang dibuat dengan bentuk badan yang bulat. Namun kesenanganku itu menjadu buyar. Karena dibalik warnaku dan teman-temanku ini, banyak sekali orang yang hidup tanpa warna. Apalagi ketika aku dengar bahwa hari ini di daerah di Indonesia, tepatnya di Banyumas Jawa tengah, banyak sekali manusia yang seharusnya mendapatkan pendidikan minimal 12 tahun, justru hanya 9 tahun saja. Bahkan ada yang tidak sampai 9 tahun mendapatkan pendidikan, mereka sudah bekerja demi mendapatkan aku untuk membantu menafkahi keluarga mereka.
Apakah jika manusia itu diciptakan hanya untuk galau karena aku saja, sudah benar?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H