Mohon tunggu...
Dafi cahyadi
Dafi cahyadi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Santri

Hobi: Membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Analisis: Tapak Tilas dan Jejak Langkah Santri

13 Februari 2023   12:00 Diperbarui: 13 Februari 2023   12:12 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keputusan yang dikeluarkan PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) menggelora di kalangan santri, tidak hanya itu, warga terutama pemuda ikut terbakar semangat atas keputusan yang dikeluarkan oleh PBNU, yang saat itu menjadi sentral agama Islam bagi masyarakat Jawa Timur.

Semua kejadian ini berawal dari kegundahan presiden Soekarno atas kedatangan Inggris ke Indonesia, beliau takut akan adanya sesuatu yang buruk terjadi. Maka dari itu, beliau mengirim utusan ke pondok Tebuireng untuk meminta arahan dan petunjuk kepada Hadratussyaikh Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari untuk memecah kegundahan presiden.

Membebaskan interniran dan melucuti senjata Jepang, katanya yang menjadi tujuan utama kedatangan Inggris ke Indonesia. Memang iya sih, tapi mereka juga menyelundupkan NICA (Nederlandsch Indische Civiele Administratie). Tidak lain tidak bukan, ya untuk bernostalgia merebut kembali hasil bumi dan wilayah bumiputra yang baru saja mengumumkan kemerdekaannya.

Nama Baik yang Tercoreng
Peranan santri dalam kontribusi mempertahankan kemerdekaan menjadi peranan penting, karena berkat resolusi jihad itu pula arek Suroboyo berani melawan penjajah. Santri tidak hanya menjadi sekumpulan orang-orang yang cuma belajar agama, tapi mereka juga menjadi pendukung rakyat dan pejuang keadilan ketika hak-haknya diinjak.

Namun, jika melihat keadaan sekarang. Sepertinya nama santri dan pesantren sedang buruk dikarenakan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Mendekati zina hukumnya adalah haram, namun, ironis banyak sekali pelecahan seksual di pesantren yang ironisnya lagi ada kasus yang dilakukan oleh para Ustaz yang mengajar di pesantren. 

“Ihsan adalah ketika engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu”. Jika berdasar pada hadis nabi tentang ihsan, maka akan timbul pertanyaan, “Apakah para oknum pencoreng nama baik pesantren itu masih percaya akan keberadaan Allah?”

Para pejuang dulu perang merugi agar tidak rugi dengan tujuan mendapat hak yang layak mereka dapatkan, tapi sekarang dikhianati oleh oknum yang malah mencuri hak seseorang yang bukan mahramnya. Kita terlalu banyak mengenang masa lalu hingga lupa masa kini dan masa depan. Tidak ada yang salah mengenang dan mengingat, namun lebih benar kalau menerapkan nilai-nilai perjuangan pendahulu untuk hari ini dan hari esok.

Budaya dan sejarah itu ada bukan hanya untuk dilestarikan dan diperingati saja, kita harus tahu apa nilai dan filosofi yang terkandung dalam budaya tersebut, misal di Jepang ada budaya kode etik bernama Bushido yang memiliki tujuh nilai kehormatan di antaranya: Gi (Integritas, Rei (Hormat), Yu (Semangat tinggi), Meiyo (Kehormatan), Jin (Kepedulian), Makoto (Kejujuran dan kesederhanaan), dan Chu (Loyal). Kejutuh nilai ini harus ada dalam diri samurai dahulu. Namun, sekarang samurai sudah tidak ada, maka rakyat Jepang-lah yang mengadopsi dan menyerap nilai-nilai ini, toh ini nilai universal dan bermanfaat untuk diterapkan.

Stagnan
Santri yang dulu dikenal sebagai ahli agama dan pejuang keadilan, sekarang hanya tinggal nama saja. Pada zaman nabi Muhammad, kebanyakan tantara Islam adalah hafiz Qur’an. Oleh karena itu, Umar bin Khattab sempat khawatir kalau para hafiz terus berkurang akibat perang dan nasib Islam di masa depan. Maka di zaman Utsman bin Affan, Qur’an yang awalnya berupa hafalan dikumpulkan dan ditulis menjadi kitab seperti yang kita kenal sekarang.  

Pembukuan Qur’an adalah salah satu bentuk mempertahankan Islam. Umar bin Khattab, meskipun ia adalah pejuang hebat, tapi dirinya tahu kalau dia adalah manusia, tidak hidup abadi. Beliau takut tidak adanya perkembangan bagi Islam, alhasil ia berinisiasi sebagai bentuk kontribusi beliau bagi Islam.

Pada periode Bani Abbasyiah, pada zaman Abu Ja’far dan Harun Ar-rasyid, keduanya adalah pecinta ilmu yang paling mahsyur dalam kebudayaan Islam. Mereka tidak hanya beragama, namun mengamalkan apa yang dipelajari kepada rakyat-rakyatnya. Maka jangan heran, banyak penemu hebat yang hidup di zaman sultan-sultan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun