Konflik berkepanjangan yang melanda persepakbolaan nasional telah menyedot banyak energi. Energi besar yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia, kini seakan berhamburan tak tentu arah dan tujuan. Uang, tenaga, pengetahuan, teknologi dan pemikiran yang merupakan modal untuk memajukan peradapan manusia, seolah-olah hanya sebagai bahan bakar yang digunakan untuk membakar kayu kering, sehingga hasilnya hanyalah arang dan asap. Sungguh teramat disayangkan.
Kita semua adalah pelaku sejarah, di mana hari ini adalah sejarah bagi hari nanti. Maka sebagai orang awam, saya ingin mengingatkan saudara-saudaraku yang pada saat ini sedang berada di garis depan konflik persepakbolaan nasional. Kalian hidup di dunia ini tak lebih dari 100 tahun lagi. Tapi ingatkah kalian? Sejarah konflik persepakbolaan yang tengah melanda negeri tercinta ini akan terus tercatan sampai puluhan, bahkan ratusan tahun ke depan. Saya yakin, ketika tubuh kalian telah menjadi tanah, nama kalian akan terus disebut-sebutoleh anak cucu kita sebagai pihak-pihak yang berkonflik. Bagi yang beruntung tentu akan disebut sebagai pahlawan, tetapi bagi yang tidak beruntung, akan disebut sebagai penghianat.
Gambar yang saya rangkai di bawah ini tidak akan musnah selamanya, karena jaman ini tidak lagi mencatat sejarah di batu prasasti. Mungkinkah gambar ini akan menjadi bahan olok-olokan 10 generasi yang akan datang? Tolong, renungkanlah saudara-saudaraku!
Head to head PSSI : KPSI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H