Mi instan, sejalan dengan program yang diadakan oleh Kemenkes yaitu isi piringku, mi instan bisa dijadikan salah satu pengganti karbohidrat yang didukung oleh sayur-sayuran, telor, dan daging. Makanan cepat saji yang populer dan seringkali menjadi pilihan praktis untuk waktu makan yang singkat. Makanan instan yang sangat digemari oleh berbagai kalangan khususnya anak-anak kost yang perutnya dilanda kelaparan ketika tidak bisa memasak.
Ahli Gizi Hardinsyah mengatakan mi instan bukan makanan berbahaya. Kata profesor dari Institut Pertanian Bogor itu, mi instan yang sudah memiliki label Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pasti aman dikonsumsi. Ia pun menampik anggapan bahwa bahan pengawet yang terdapat dalam mi instan berbahaya jika dikonsumsi.
Anggapan kalau mi sulit dicerna dan akan mengembang di usus pun juga tidak dibenarkan oleh Hardin, sapaan akrab Hardinsyah. Katanya, jika hal tersebut terbukti benar, setelah makan mi badan akan terasa lemas. “Itu tidak benar. Buktinya setelah makan Anda merasa berstamina kan, tidak lemas. Berarti dicerna oleh tubuh,” ujar dia. “Kalau setelah makan terus lemas, organ tubuh pasti ada yang tidak benar, insulinnya tidak berguna dengan baik atau makanan tidak dicerna dengan baik.”
dr. Tirta Mandira Hudhi, M.A.B., atau yang dikenal sebagai dr. Tirta, mengatakan “sebaiknya mengonsumsi mi instan tidak secara terus-terusan. Hal ini dikarenakan mi instan hanya membuat kenyang tetapi tidak ada gizinya selain sebagai sumber energi.”
Namun, kandungan tinggi natrium dan monosodium glutamat (MSG) dalam mie instan dapat berdampak pada kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan. Meskipun MSG dianggap aman, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memberi peringatan mengenai potensi dampak negatif pada kesehatan. Mi instan sebaiknya tidak dijadikan makanan pokok atau dikonsumsi setiap hari. Kandungan nutrisinya yang rendah membuatnya tidak memenuhi kebutuhan gizi tubuh secara seimbang. Akan tetapi, para pecinta mi instan tidak perlu khawatir, karena mi instan itu tidak sepenuhnya berbahaya. Untuk meningkatkan nilai nutrisi mie instan, Ahli Gizi merekomendasikan untuk menambahkan sumber nabati dan protein, seperti sayuran, telur, ayam, atau daging.
Meskipun mi instan dapat menjadi pilihan praktis, penting untuk mengonsumsinya dengan bijak. Perlu diingat mi instan itu tidak sepenuhnya berbahaya, melainkan mi instan tidak ada kandungan gizinya. Sebaiknya batasi frekuensi konsumsi, tambahkan komponen nutrisi tambahan, dan pastikan untuk menjaga pola makan sehat secara keseluruhan. Dengan langkah-langkah ini, Anda dapat menikmati mi instan secara sesekali tanpa mengorbankan kesehatan Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H