Mohon tunggu...
daffamufida
daffamufida Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Gasuka ribet, penderita obsessive complulsive disorder

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Simpati Dijadikan Senjata "Playing Victim"

8 Desember 2024   17:10 Diperbarui: 8 Desember 2024   17:22 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Fenomena Playing Victim

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui orang yang tampaknya selalu berada dalam posisi "korban." Mereka mungkin sering bercerita tentang bagaimana mereka diperlakukan tidak adil, selalu menjadi pihak yang dirugikan, atau merasa bahwa dunia seakan melawan mereka serta menjadi orang paling tersakiti . Fenomena ini dikenal sebagai playing victim, yaitu perilaku di mana seseorang berpura-pura atau sengaja membesar-besarkan perannya sebagai korban untuk mendapatkan simpati, perhatian, atau bahkan keuntungan tertentu. 

Apasih Playing Victim itu ?

Playing Victim adalah Di mana seseorang menggunakan peran "korban" untuk membuat orang lain merasa bersalah atau empati, ini dikenal sebagai manipulasi psikologis. Dalam beberapa kasus, ini dilakukan secara sadar sebagai strategi untuk menghindari tanggung jawab, mendapatkan simpati, atau memenangkan konflik. Ada juga orang yang tidak menyadari bahwa mereka berperan karena mereka merasa menjadi korban, meskipun keadaan tidak selalu mendukung keyakinan mereka. Orang-orang yang sering berperan sebagai korban biasanya tidak ingin introspeksi atau bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Mereka menceritakan tentang penderitaan mereka, sering kali menempatkan orang lain sebagai "penyerang", daripada mencari solusi. 

Terjebak Dalam Playing Victim

Ada beberapa alasan mengapa seseorang terjebak dalam playing victim, Permainan korban dapat terjadi karena berbagai alasan. Pertama, mereka mungkin memiliki kebutuhan emosional yang belum terpenuhi, seperti rasa ingin diperhatikan atau diterima. Kedua, perilaku ini sering berasal dari luka emosional yang belum terselesaikan, seperti trauma masa lalu, yang membuat mereka merasa rentan dan mengaitkan pengalaman tersebut dengan keadaan saat ini. Selain itu, berperan sebagai korban juga bisa menjadi cara untuk melindungi diri dari tanggung jawab atau kritik. Seseorang dapat menolak untuk menghadapi konsekuensi tindakan mereka dan membuat orang lain merasa bersalah untuk membantu mereka.

Dampak Negative Dari Playing Victim 

Meskipun perilaku ini pada awalnya dapat menarik simpati, bermain korban dapat merusak hubungan sosial. Jika orang di sekitarnya terus-menerus dilecehkan atau dimanfaatkan, mereka mungkin merasa lelah. Selain itu, perilaku ini juga bisa merugikan pelakunya sendiri, karena mereka kehilangan kesempatan untuk berkembang melalui introspeksi dan pemecahan masalah.

Dalam konteks yang lebih luas, playing victim dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat, terutama jika dilakukan di tempat kerja, dalam keluarga, atau hubungan personal. Pola ini bisa memicu konflik, menurunkan rasa percaya, dan memperkuat dinamika yang tidak seimbang antara pelaku dan orang di sekitarnya.

Apasih yang bisa kita lakukan untuk menghadapi Playing Victim?

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi Playing Victim diantaranya adalah, Jangan merasa bersalah atau terpengaruh untuk memenuhi kebutuhan emosional mereka setiap saat. Untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan, buat batasan yang sehat. Dorong mereka untuk melihat situasi dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan posisi mereka dalam hal ini.Beralih dari mengeluhkan masalah menjadi mencari solusi konstruktif dan Tunjukkan rasa peduli Anda, tetapi pastikan mereka tahu bahwa itu tidak berarti Anda terus menghindari tanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun