Demikian pula dalam Islam, sifat rahmat Nabi Muhammad dan nilai-nilai Al-Qur'an (Qur'an 57:27; 9:128; 48:29) mendorong umat Muslim untuk bersikap welas asih, peduli terhadap fakir miskin, anak yatim, dan kelompok rentan lainnya.
Kemudian, Kami meneruskan jejak mereka dengan (mengutus) rasul-rasul Kami dan Kami meneruskan (pula dengan mengutus) Isa putra Maryam serta Kami memberikan Injil kepadanya. Kami menjadikan kesantunan dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya. Mereka mengada-adakan rahbaniah (berlebih-lebihan dalam beribadah). Padahal, Kami tidak mewajibkannya kepada mereka. Akan tetapi, (mereka mengada-adakannya dengan tujuan) mencari keridaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Maka, kepada orang-orang yang beriman di antara mereka Kami berikan pahalanya dan di antara mereka banyak yang fasik. (QS Al-add: 27)
Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS At-Taubah: 128)
Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras terhadap orang-orang kafir (yang bersikap memusuhi), tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud (bercahaya). Itu adalah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu makin kuat, lalu menjadi besar dan tumbuh di atas batangnya. Tanaman itu menyenangkan hati orang yang menanamnya. (Keadaan mereka diumpamakan seperti itu) karena Allah hendak membuat marah orang-orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS Al-Fat: 29)
I. Kepemimpinan Isa: Pelayanan, Kerendahan Hati, dan Teladan Politik
Isa menolak paradigma kepemimpinan yang menekankan kehormatan duniawi dan status sosial tinggi. Ia merendahkan dirinya, bahkan mencuci kaki para muridnya, sebagai simbol bahwa pemimpin sejati adalah pelayan bagi yang dipimpinnya.
Pola kepemimpinan ini juga tercermin dalam Islam, di mana Nabi Muhammad selalu bersikap lembut, mengutamakan kemaslahatan ummat, dan menolak kesombongan politik dan ekonomi apa pun.
Kedua figur ini, Isa dan Muhammad , menentang struktur kekuasaan yang menindas serta mendorong kepemimpinan yang berbasis kerendahan hati dan kasih sayang. Dalam konteks ini, Akhtar menunjukkan bahwa nilai universal yang terkandung dalam misi kenabian keduanya dapat menjadi pijakan etis bagi lintas komunitas iman.
J. Bagaimana Isa akan Memperlakukan Muslim di Masa Kini?
Beberapa organisasi Kristen lintas iman berupaya merefleksikan bagaimana Isa akan bersikap terhadap umat Muslim jika ia hadir hari ini. Mengacu pada karakter Isa sebagai penyayang, pengasuh, dan pendukung keadilan sosial, dapat disimpulkan bahwa Isa akan memperlakukan Muslim dengan rasa hormat, kasih sayang, dan pengertian.
Ia akan menghormati kepercayaan mereka, sebagaimana Allah telah menanamkan rahmat pada pengikutnya. Pertanyaan kritis muncul: Bagaimana Isa menilai perilaku sebagian politikus atau tokoh masyarakat Barat yang mengatasnamakan dirinya mengikuti ajaran Isa, tetapi berperilaku bertentangan dengan ajaran cinta kasihnya?
K. Kesimpulan
Pemikiran Dr. Shabbir Akhtar membentangkan jembatan konseptual antara Islam dan Kristen dalam memahami sosok Isa dan ajarannya.
Di satu sisi, ada pengakuan Islam atas status kenabian Isa, keterkaitan ajarannya dengan hukum dan para nabi terdahulu, serta nilai moral yang dapat diteladani.