Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Relawan - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

UNO (PBB) dan Tantangan Perdamaian: Belajar dari Kritik Tan Malaka (1)

5 Januari 2025   13:15 Diperbarui: 24 November 2024   01:37 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Washington, D.C. representatives of 26 united nations at flag day ceremonies in the White House, U.S.A., July 1942 (Sumber: Flickr)

A. Pendahuluan: Harapan terhadap Organisasi Dunia

Tan Malaka mengawali pembahasannya dengan menyampaikan harapan besar dirinya sebagai seorang pemikir dan pemimpin revolusi yang telah melanglang buana terhadap adanya organisasi dunia yang menyerupai pemerintahan global. Organisasi semacam ini diharapkan mampu menjadi penengah dan penegak hukum internasional yang adil, serta cukup kuat menjadi organisasi dunia yang bertujuan untuk mengatasi konflik antarnegara tanpa kekerasan. Dalam pandangan ini, idealnya organisasi dunia seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Organization-UNO) harus berfungsi sebagai hakim tertinggi untuk menyelesaikan perselisihan global.

Namun demikian, sejarah manusia menunjukkan bahwa tanpa pemerintahan global yang kuat, konflik antarnegara cenderung diselesaikan melalui perang, di mana kekuatan fisik menjadi penentu utama kebenaran. Negara yang menang dianggap benar, sedangkan yang mengalami kekalahan dianggap salah. Pola ini menciptakan siklus kekerasan yang berulang, sebagaimana terlihat pada dua Perang Dunia yang telah terjadi di abad ke-20.

B. Dampak Perang Dunia dan Kebutuhan Akan Perdamaian Global

Tan Malaka menggambarkan dampak destruktif dari Perang Dunia I dan II sebagai peringatan atas perlunya organisasi dunia yang mampu mencegah konflik besar. Beberapa poin penting yang diangkat meliputi:

1. Korban Manusia yang Besar

  • Perang Dunia I: Menewaskan sekitar 10 juta prajurit, dengan tambahan 10 juta orang mengalami cacat permanen, sehingga total korban mencapai 20 juta jiwa.
  • Perang Dunia II: Korban diperkirakan serupa atau bahkan lebih besar, yang menciptakan penderitaan global yang tak terhitung.

2. Kegagalan Perdamaian Tanpa Struktur Global

Meskipun berbagai agama besar seperti Nasrani, Buddha, dan Islam memiliki ajaran perdamaian, konflik tetap terjadi bahkan di antara bangsa-bangsa dengan keyakinan yang sama. Beberapa contoh yang disebutkan adalah:

  • Jerman vs. Prancis, Inggris, dan Amerika: Perang Dunia menunjukkan bahwa persamaan agama (Nasrani) tidak cukup untuk mencegah konflik antarbangsa.
  • Turki vs. Arab: Meskipun keduanya beragama Islam, mereka pernah berperang.
  • Jepang vs. Tiongkok: Kedua bangsa yang mayoritas beragama Buddha juga terlibat dalam perang.

Poin-poin ini menunjukkan bahwa kesamaan agama atau ideologi saja tidak mampu menjadi jaminan perdamaian tanpa adanya struktur global yang kuat untuk menegakkan aturan dan keadilan.

C. Kelemahan Sistem Internasional Sebelum UNO

Sebelum munculnya organisasi dunia seperti UNO, Tan Malaka mencatat kelemahan mendasar dalam sistem internasional:

  • Tidak Ada Hakim atau Pemerintahan Global: Tanpa adanya lembaga tertinggi yang memiliki otoritas global, konflik antarnegara diselesaikan melalui kekerasan. Prinsip "yang kuat menang, yang lemah kalah" mendominasi hubungan internasional.
  • Absennya Peraturan yang Mengikat: Tidak ada mekanisme hukum yang efektif untuk mencegah atau menghukum pelanggaran antarnegara. Perjanjian damai sering kali dilanggar karena tidak ada sanksi yang cukup kuat untuk menegakkannya.
  • Pengaruh Nasionalisme dan Kepentingan Ekonomi: Nasionalisme ekstrem dan perebutan sumber daya ekonomi sering kali menjadi pemicu konflik, yang melampaui nilai-nilai agama atau kemanusiaan.

D. UNO dan Harapan untuk Perdamaian

Tan Malaka mengakui bahwa konsep organisasi dunia, seperti UNO, adalah langkah maju dalam sejarah manusia untuk menghindari perang dan menciptakan perdamaian global. Namun, ia juga menyadari tantangan besar yang dihadapi oleh organisasi semacam ini, antara lain:

  • Keterbatasan Kekuatan Eksekutif: UNO tidak memiliki kekuatan militer atau eksekutif yang mandiri untuk menegakkan hukum internasional. Keputusannya sering kali bergantung pada kesepakatan antarnegara anggota, terutama kekuatan negara yang terbesar.
  • Dominasi Negara Kuat: Dalam praktiknya, negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Uni Soviet (saat itu), dan lainnya sering kali mendominasi kebijakan dan keputusan di UNO. Hal ini menyebabkan ketidakadilan dalam pelaksanaan hukum internasional.
  • Tantangan Kepentingan Nasional: Setiap negara anggota sering kali mengutamakan kepentingan nasional mereka dibandingkan kepentingan global, sehingga menyulitkan tercapainya konsensus untuk menangani konflik.

E. Kritik Tan Malaka terhadap Realitas Perdamaian

Tan Malaka mengkritik gagasan perdamaian yang hanya didasarkan pada kesamaan agama, ideologi, atau nilai-nilai universal tanpa struktur global yang kuat. Beberapa poin penting yang ia soroti adalah:

1. Agama dan Perdamaian

Meskipun agama-agama besar memiliki ajaran yang berupa kedamaian, sejarah peradaban manusia tetap menunjukkan bahwa bangsa-bangsa yang seagama tetap dapat saling berperang. Ini membuktikan bahwa perdamaian tidak dapat dicapai hanya melalui nilai-nilai spiritualitas keagamaan saja, tetapi juga harus membutuhkan sistem hukum dan penegakan yang efektif.

2. Konflik sebagai Bagian dari Sistem Internasional

Dalam absennya pemerintahan global, konflik menjadi mekanisme utama untuk menyelesaikan perselisihan antarnegara. Ini menciptakan pola di mana kekuatan militer menjadi faktor utama dalam menentukan nasib suatu bangsa.

3. Kebutuhan akan Struktur Global

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun